Seniman yang pernah mengasah kemampuan seni di Konservatori Karawitan (Kokar) Bali dalam wadah Yayasan Ikatan Siswa Tamatan Kokar Bali (Istakari) Sanggraha Budaya Bali bakal menggelar “Reuni Agung” pada tanggal 22 Desember 2020. Kegiatan sebagai rangkaian memperingati 60 tahun berdirinya Kokar Bali, kini SMKN 3 Sukawati itu digelar secara online, dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) bertempat di ITB-STIKOM Bali. Kegiatan ini rencananya akan dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Adhana Sukawati.
Ketua Umum Yayasan Istakari Sanggraha Budaya Bali, Drs I Wayan Madra Aryasa MA mengatakan, peserta dalam kegiatan daring dibatasi hanya 60 orang undangan. Sementara untuk kegiatan daring sudah 600 orang yang mendaftar. Agenda Reuni Agung ini, yaitu peluncuran buku, seminar kesenian dan peresmian Yayasan Istakari. “Reuni Agung ini melanjutkan ide 2019 lalu yang rencana digelar Juli 2020, namun karena Covid-19, maka diundur. Mengingat masih dalam situasi pandemi Covid-19, maka dilangsungkan secara online (daring) via live streaming di ITB-STIKOM Bali,” katanya saat jumpa pers di Sekretariat Istakari, Gedung III Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Jumat (18/12).
Dalam kegiatan luring akan diisi dengan peluncuran dua buah buku, yakni biografi berjudul “I Gusti Bagus Nyoman Pandji Pengobar Taksu Seni Bali” yang mengulas jasa besar IGBN Pandji dimasa awal berdirinya Kokar (1961-1975) serta kesenian Bali. Satu buku lainnya berjudul “60 Tahun Kokar-SMKI-SMKN Pujaanku” yang berisi catatan sejarah perjalanan panjang mulai dari bernama Kokar (1960-1975), SMKI Bali (1975-1999), hingga SMKN 3 Sukawati (1999-sampai sekarang).
Madra Aryasa menambahkan, untuk lebib memaknai kegiatan reuni ini juga diselenggarakan seminar bertema “Puspasari Kokar Bali” yang menghadirkan pembicara antara lain Prof Dr I Made Bandem MA, AA Raka Payadnya, Prof Dr I Wayan Dibia SST MA, Dr N L N Swasthi Wijaya Bandem SST MHum, Dr I Wayan Senen SST MHum, Prof Dr I Wayan Rai S MA, I Made Sidia SSP MSi, dan I Nyoman Suma Argawam SH MM.ind
Penasehat, Prof Dr I Made Bandem MA, mengatakan, Kokar merupakan sekolah moden sebagai pertama di Bali. Dulu pendidikan seni itu berlangsung di geria, banjar, namun ditahun 60-an berdiri Kokar Bali. Sejak itu kontribusi Kokar begitu sangat banyak, saat itu mulai lahir Gong Kebyar Wanita, Dalang Wanita, Sendratari, Drama Gong serta inovasi seni lainnya. Kokar Bali juga banyak melahirkan pemikir kebudayaan, termasuk lahirnya kursus-kursus tari yang sebagian besar tamatan Kokar. “Dengan dibentuknya Yayasan Istakari ini tidak hanya sekedar menjadi wadah berkumpul, namun juga wadah untuk saling bertukar pikiran dan berkontribusi untuk kemajuan Kokar ke depan,” ungkapnya.
Prof Dr I Wayan Dibia SST MA mengatakan, Kokar adalah pusat olah seni, mulai dari penciptaan, pelatihan seni, dan termasuk inovasi-inovasi seni. Bekal-bekal yang diberikan selama belajar di Kokar sesungguhnya membesarkan keberanian alumninya untuk melakukan inovasi seni di Bali. “Walaupun saya dan Prof Bandem pernah kuliah di Amerika, pernah belajar di ISI, tetapi pondasi keberanian untuk melakukan inovasi dan olah seni itu ditanamkan dari Kokar, dengan tidak menghilangkan identitas budayanya,” jelasnya.
Budayawan asal Desa Singapadu ini menambahkan, Kokar yang kini bertransformasi menjadi SMKN 3 Sukawati pantas disebut sekolah kesenian kebanggaan Bali yang memulai modernisasi pendidikan seni di Bali, di mana awalnya pendidikan seni dilakukan secara tradisional di tempat-tempat seperti banjar dan griya. Selain itu, Kokar juga memulai demokratisasi seni, yang sebelumnya pelatihan seni dikhususkan untuk kalangan tertentu. Misalnya saja, dulu wanita tidak boleh bermain gamelan, bermain wayang, dan masih banyak lagi.
Sementara Pengarah Yayasan Istakari, Ida Pedanda Gde Putra Bajing menceritakan sejarah awal perjuangan berdirinya sekolah seni modern pertama di Bali itu. Sebagai siswa angkatan pertama, benyak pengalaman belajar dialaminya. “Dulu saat baru dua angkatan, sempat dibuatkan gubuk di Jalan Ratna Denpasar sebelum akan disiapkan gedung untuk Kokar Bali di sana. Saat ini dengan adanya Yayasan Istakari, meskipun tamatan Kokar berada di mana-mana, tapi tetap ada wadah organisasi yang menyatukan kita,” tutup Ida Pedanda. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *