Ada Tapak kaki Kebo Iwa di Candi Goa Garba. Sebuah Peninggalana Purbakala di Desa Pejeng Gianyar

Ada Tapak kaki Kebo Iwa di Candi Goa Garba. Sebuah Peninggalana Purbakala di Desa Pejeng Gianyar

Jika sudah biasa jalan-jalan di kawasan pantai atau shoping ke mall, kali ini cobalah kunjungi Candi Goa Garba. Daya Tarik Wisata (DTW) ini terletak di Banjar Sawegunung, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar atau sekitar 34 km perjalanan dari Kota Denpasar. Tempat yang sudah masuk sebagai cagar budaya ini, adalah bersejarah yang banyak dikunjungi wisatawan, terutama dari mancanegara.

Wisatawan yang suka ketenangan ataupun seorang spiritual sering memilih tempat ini untuk berwisata. Candi Goa Garba ini menebar aura yang begitu terasa, sehingga orang-orang spiritual atau yang suka bertapa sengaja datang ke DTW ini. Apalagi, bagi mereka yang suka menggali ilmu sejarah akan datang ke goa ini. Goa Garba yang merupakan salah satu peninggalan purbakala terletak di bawah Pura Agung Pengukur-ukuran yang diperkirakan dibangun sekitar abad 12 Masehi pada masa pemerintahan Raja Jayapangus.

Goa Garba yang merupakan salah satu peninggalan purbakala yang bernilai tinggi. Berdasarkan informasi warga di sana, pura ini dulunya sebagai tempat sekolah bagi para raja-raja di Bali. Goa Garba ini terletak di tebing curam di tepi Sungai Pakerisan, merupakan sebuah ceruk pertapaan yang dipahat di dinding tepi jurang sungai Pakerisan. Di atas pertapaan ini terdapat sejumlah kolam dan pancuran, dimana pada sisi kolam tersebut ada sebuah lobang untuk menuju ke goa.

Agar bisa sampai di sana, pengunjung terlebih dahulu mengunjungi sebuah gapura yang tangganya tersusun rapi terbuat dari batu kali. Tangga itu terbuat dari batu tua dengan pintu gerbang dari batu padas. Konon, pembuat goa ini adalah Kebo Iwa, seorang Mahapatih Raja Bali yang memiliki kesaktian mandraguna.

Paling menarik dari cagar budaya itu, ada satu batu berisi bekas tapak kaki yang ukurannya melebihi ukuran telapak kaki manusia. Telapak kaki itu diyakini milik kaki Kebo Iwa. Pada saat membuat tangga itu, konon batu itu berjalan sendiri sesuai kehendak Kebo Iwa. Menjadi unik, setiap turun tangga batu itu jumlahnya selalu beda. Beberapa kali menghitungnya jumlahnya tidak akan sama.

Jika memperhatikan dengan seksama, di dalam ceruk itu ada beberapa pahatan, misalnya sebuah papan batu yang berukiran gambar cerek. Di dalam Pura Pengukur-Ukuran terdapat beberapa batu berukiran dan sebuah batu ambangan pintu yang bertuliskan tahun 1116 Saka sama dengan angka tahun masehi 1194. Dalam tulisan itu disebutkan nama Dharmaanyar yang mungkin adalah nama Pura itu sendiri dahulunya.

Keberadaan Goa Garba ini sangat asri dan lestari. Meski sebagian besar penduduk sekitar Goa Garba ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, namun mereka memiliki pikiran cerdas, sehingga benda-benda purbakala dilestarikan. Wisatawan yang ingin berwisata ke sana, sudah disiapkan faslitas pendukung berupa tempat parkir yang luas. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us