Desa Adat Jimbaran mengajak Sabha Yowana atau Sekaa Teruna (ST) untuk terus melestarikan tradisi “Magegobog”. Tradisi ini dilaksnakan saat Pengerupukan atau Sehari sebelum Hari Raya Nyepi.
Ajakan ini disampaikan Bendesa Adat Jimbaran, AA Made Rai Dirga didampingi Prajuru dan Kepala LPD Jimbaran serta para Kelian saat menyerahkan dana motivasi kepada para ST Se-Desa Adat Jimbaran, Senin (6/3/2023).
Dimana dana motivasi yang diserahkan ke masing-masing ST yakni dari Desa Adat sebesar Rp 2 juta dan dari LPD Rp 1 Juta.
Penyerahan dana motivasi ini sebagai bentuk dukungan atas kreativitas yang dilaksnakan para ST dalam pembuatan ogoh-ogoh
yang akan diparadekan sehari sebelum Nyepi nanti.
“Magegobog” sendiri kata AA Rai Dirga hampir sama dengan “Ngerupuk” yang dilaksankan di Desa Adat di Bali pada umum nya sehari sebelum Nyepi.
Kenapa Desa Adat Jimbaran menggunakan istilah “Magegobog”, lanjut dia karena istilah “pengerupukan” yang asal katanya “Ngerupuk” di Desa Adat Jimbaran bermakna Nyeruduk membabi buta. “Magegobog” ini merupakan warisan tetua mereka di Jimbaran yang sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak dulu.
Karenanya pihaknya mengajak para Sekaa Teruna untuk kembali dan terus melaksanakan tradisi Warisan yang adiluhung tersebut.
Lebih lanjut kata dia, pada dasarnya antara “magegobog” dengan “Pangerupukan” memang memiliki kemiripan karena dilaksanakan pada saat sandikala atau menjelang malam hari, sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Namun untuk di Jimbaran memiliki makna yang berbeda.
“Magegobog” merupakan tradisi di Jimbaran berupa menyuarakan beragam bunyi-bunyian di tempat tertentu atau dianggap sebagai ruang yang mengandung unsur butha kala. Sedangkan “Ngerupuk” di Jimbaran memiliki makna menyeruduk secara membabi buta,” ungkapnya.
Magegobog ini kata dia sudah ada sejak dulu, sebelum munculnya istilah Pangerupukan.
Prosesi Magegobog ini merupakan unsur penetralisir melalui suara, yang kemudian dibawa berkeliling desa. Adapun sarana yang digunakan pada umumnya terdiri dari kekepuak, tetekan atau kulkul kecil, bunyi-bunyian lain, obor, prakpak, kesuna atau bawang putih, mesui, serta jangu.
Di bagian lain, dalam arahanya kepada Para ST yang hadir, AA Rai Durga juga menekankan agar Sabha Yowana atau para ST pandai dalam mengelola keuangan atau anggaran. Dengan begitu anggaran yang dimiliki tidak hanya untuk Kegiatan saat parade ogoh-ogoh namun juga untuk kebutuhan lainnya dalam hal peningkatan SDM pemuda ke depannya. Karena generasi muda Jimbaran adalah penerus dalam pembangunan di Jimbaran ke depannya.
Kepala LPD Desa Adat Jimbaran, Ketut Nuryana menambahkan pihaknya siap mendukung Kegiatan Para ST bukan hanya dalam kegiatan seni namun juga dalam peningkatan SDM melalui dana pendidian serta pemberdayaan UMKM ke depannya. Hal ini seiring dengan mulai membaiknya Kondisi LPD Jimbaran setelah terdampak Covid Selama hampir 2 tahun lebih. (BTN/Denpost/113)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *