Aman, Stok Pakan Monyet di Monkey Forest Ubud

Aman, Stok Pakan Monyet di Monkey Forest Ubud

Daya Tarik Wisata (DTW) Monkey Forest Ubud juga tidak beroperasi alias tutup di masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat untuk wilayah Jawa – Bali ini. DTW yang terletak di Desa Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar itu sudah tidak menerima kunjungan sejak 3 Juli 2021 dan itu rencananya akan berlangsung hingga 20 Juli 2021 sesuai instruksi pemerintah. “Kami berharap PPKM Darurat ini tidak berlanjut lagi. Kami juga berharap kepada pemerintah agar setelah PPKM Darurat, border pariwisata international bisa dibuka,” kata General Manager, Nyoman Sutarjana, Rabu (14/7)..

Mski berstatus tutup, namun para pegawai di DTW Monkey Forest Ubud tetap bekerja secara bergiliran untuk menjaga kebersihan obyek wisata serta memberikan pakan kera-kera yang menjadi daya tarik utama dari DTW di kawasan wisata desa sejuk itu. “Walau tidak ada pemasukan, karena kunjungan nihil, tetapi pemberian makan monyet tetap seperti biasanya, tanpa ada pengurangan dari qualitas dan quantitas. Termasuk memperhatikan kesehatan monyet, sehingga setalah pariwisata dibuka, monyet-monyet itu tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berwisata ke Bali dan Ubud khususnya,” ujarnya serius.

Orang yang memberikan pakan monyet itu masih staff di DTW itu. Sementara biaya pakan satwa dan operasional masih di support dari Desa Adat. Biaya pakan monyet itu bisa menghabiskan dana lebih kurang 200 juta sebulan. “Untuk biaya pakan monyet tidak mungkin bisa dikurangi, misalnya dengan nego harga ke suplier atau mengurangi pengeluaran. Kami tetrap memberikan anggaran untuk pakan monyet, sementara yang bisa dilakukan adalah saving cost yang lainnya,” paparnya.

Sutarjana mengatakan, satwa kera ekor panjang yang ada di Monkey Forest Ubud ini sangat dikeramatkan oleh penduduk setempat. Utamanya oleh Desa Adat Padang Tegal, sehingga betul-betul dipelihara dengan baik. Karena itu, pengelola memberi makan paling sedikit 5 kali dalam sehari. Pagi-pagi memberikan makan berupa ketela manis. Pada saat penyela antara pagi dan siang memberikan pisang atau jagung manis. Siang hari memberikan ketela manis dan penyela antara siang dan sore memberinya jagung atau pisang. Sorenya, memberikan ketela manis lagi.

Jenis makanan itu terkadang ditambah dengan daun pepaya dan buah local musiman. Pihak pengelola menyediakan 14 tempat makan tersebar di dalam kawasan, sehingga memudahkan team lapangan dan konservasi untuk memberikan makan pada jam yang sudah di tentukan. “Untuk sekitar 1100 ekor monyet itu, kami membeli pakan monyet itu dari suppliers dan beberapa ada dari hasil panen tanah desa. Dalam sehari kami menghabiskan 1500 Kg ketela manis, 800 biji jagung manis, 600-700 sisir pisang serta ditambah daun pepaya dan buah musiman.

Sementara untuk kesehatan monyet, pihak pengelola memiliki in house klinik untuk satwa dan untuk pengunjung juga. Untuk klinik hewan bekerjasama dengan dokter hewan secara khusus. “Untuk biaya pakan monyet ini, kami terpaksa mengambil kas, karena kunjungan wisatawan tidak ada alis zonk,” ungkapnya sambal menghela nafas panjang. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us