Pernah berkunjung ke Kanto Lampo? Objek wisata air terjun yang terkletak di Banjar Kelod Kangin, Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar itu baru saja menjadi pusat pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dari Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Pascasarjana Unud. Ekowisata, suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan, alam dan budaya, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan yang konservatif, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.
Kegiatan diikuti oleh pengelola program studi, dosen, mahasiswa, Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, tokoh masyarakat Banjar Kelod Kangin, warga masyarakat, serta pengelola Objek Wisata Kanto Lampo. Objek wisata air terjun ini, memang tidak seperti air terjun pada umumnya. Kanto Lampo letaknya tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk tepatnya di wilayah dataran rendah di Banjar Kelod Kangin. Jalur trekking yang harus dilalui juga tidak terlalu sulit, hal ini lah yang menjadi keunggulan dari Kanto Lampo Waterfall
Kelian Adat Banjar Kelod Kangin Nyoman Suta menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam karena dilaksanakaannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini di Objek Wisata Kanto Lampo. Objek ini baru dibuka kembali sekitar tiga bulan lalu setelah pandemi Covid-19. “Nama Kanto Lampo berasal dari sebuah pohon sejenis Juwet yang ada di sekitar sungai ini. Air Terjun ini juga memiliki sumber mata air dari dalam tanah dan saluran irigasi, yang digunakan warga untuk mengairi subak meluap karena beberapa salurannya tersumbat,” katanya.
Luapan inilah yang membentuk aliran air terjun sampai sekarang. Air Terjun Kanto Lampo juga merupakan salah satu Beji di Bali atau tempat yang disucikan untuk Mendak Toya Ning (mencari air suci dari desa) untuk kegiatan upacara Pitra Yadnya maupun Dewa Yadnya, serta juga terdapat beberapa pelinggih yang dikeramatkan, imbuhnya. Suta juga mengaharapkan masukan pemikiran dari para dosen serta pengelola program studi dan bantuan dari pihak terkait untuk keberlanjutan pengembangan objek wisata Kanto Lampo ini.
Koordniator PDIL Unud, Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., PhD., berpesan Desa Beng memiliki kekuatan obyek wisata alami ini, lalu ada obyek kuliner yang terkenal secara nasional serta tempat pelayanan kegiatan keagamaan yaitu Taman Prakerti Bhuana yang sudah menjangkau konsumen se nusantara. “Dari kekuatan itu dapat dikembangkan wisata spiritual disamping ekowisata seperti bird watching, biking dan camping ground,” ucapnya.
Agar ekowisata yang dikembangkan dapat tergolong green tourism, maka penanganan limbah padatnya mesti menjadi perhatian penting, sampah plastik wajib terkelola dengan sangat baik, jangan sampai tercecer, demikian juga smoking area mesti ditentukan. Inovasi untuk bisa menunjukkan keunikan obyek dapat diperkaya dengan mempercantik alur menuju obyek air terjun, menyediakan kudapan khas Desa Beng dengan sajian yang menarik, mengatur jalan masuk dan jalan keluar yang berbeda agar tidak membosankan. “Yang tak kalah pentingnya, pengelola harus bisa mendapatkan kesan dan pesan dari wisatawan baik dengan tulisan buku tamu maupun menyebarkan angket singkat sehingga kritik dan saran dari wisatawan akan sangat berguna untuk memperbaiki obyak agar lebih disukai lagi oleh wisatawan,” imbuhnya.
Sekretaris Dinas Pariwisata Gianyar, Pande Putu Ayu Sri Ratnawati, S.Pt., M.Si., memaparkan tentang potensi dan program-program ekowisata unggulan di Gianyar Timur. Dinas Pariwisata Gianyar sedang mewujudkan salah satu yang menjadi Misi Pemerintahan Kabupaten Gianyar yakni membangun pariwisata yang inklusif dan berbasis budaya,” ungkapnya.
Nantinya diharapkan di objek wisata ini selain menampilkan wisata alam, agar diimbangi dengan wisata budaya, terutama mengakomodir budaya setempat dengan melibatkan masyarakat sekitar lokasi. “Program pengabdian ini agar bisa dilaksanakan di daerah lain di Gianyar Timur, sehingga bisa menambah wawasan serta ide-ide bagi pengelola objek wisata maupun masyarakat sekitar yang mendukung perkembangan onjek wisata tersebut,” tambahnya.
Pada sesi diskusi diberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk memberikan saran, masukan, pertanyaan baik kepada pengelola maupun pemateri. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS., salah satu dosen yang hadir yang juga kebetulan merupakan Ketua Forum DAS Bali, menawarkan kepada masyarakat/pengelola objek wisata apabila memerlukan bantuan bibit tanaman konservasi bisa memohon ke Persemaian Permanen Suwung Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Unda Anyar, atau bisa melalui Sudarma yang nantinya akan langsung dimohonkan ke BPDAS HL Unda Anyar. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *