Arak Bali sudah sudah menjadi minuman populer di kalangan pariwisata. Permintaan Arak sebelum pandemi sangat banyak, mulai dari reatoran, hoetl berbintang termausk bartender. Bahkan, para bartender memiliki keinginan produk Bali ini maju. Namun, ditengah pandemi ini, permintaan langsung menurun yang hampir 75 persen. “Upaya yang dibutuhkan untuk membuat arak menjadi minuman mendunia yaitu sistem yang tepat,” kata Wakil Ketua Asosiasi Bartender Indonesia (ABI) Bali Ida Bagus Cendra Setiawan disela-sela webinar Arak Bali, di Sanur, beberapa waktu lalu.
Cendra Setiawan lalu mengatakan, petani yang mengumpulkan produknya dalam sebuah lembaga mungkin berbentuk koperasi, lalu dilanjutkan dari koperasi ke pelaku industri yang lebih modern, sehingga menghasilkan produk yang menarik untuk di pasarkan. “Kami di awal bekerja di pariwisata selama 24 tahun, sudah tahu kalau arak sebagai produk lokal disisihkan. Saat ini, Arak diberikan ruang untuk berkembang, sehingga mesti dimanfaatkan dengan baik, seperti cara pengkemasannya secara baik,” sebutnya.
Saat ini banyak masyarakat yang salah persepsi terhadap dikeluarkannya Pergub Nomor 1 tahun 2020 tentang tata Kelola Minuman Permentasi dan atau Destilasi Khas Bali, yang sebenarnya adalah memberikan legalitas untuk petani dalam memproduksi Arak. Namun untuk legalitas edar ecaran belum ada, sehingga perlunya kembali para pelaku usaha terkait diberikan pemahaman untuk tersatukannya pemikiran yang pada akhinya bisa mendorong Arak Bali menjadi minuman mendunia. “Webinar ini, kami menghadirkan pihak pemerintah termasuk dari Bea Cukai Denpasar untuk berbagi pengetahuan kepada praktisi-praktisi yang bergerak dibidangnya memiliki mindset sama sehingga nantinya produk arak itu bisa menjadi produk andalan yang memiliki nilai ekonomis,” ungkapnya.
Ida Bagus Rai Budarsa pemilik Hatten Wine mengakui, prospek pemasaran Arak Bali pada dasarnya sangat besar. Namun, persepsi tentang minuman tradisional ini masih rendah. Untuk mampu meningkatkan persepsi tersebut, kualitas arak harus ditingkatkan serta pengawasan terhadap adanya arak-arak ilegal harus lebih gencar dilakukan. Jika di satu sisi kulitas sudah bagus, tapi arak ilegal masih beredar, maka persepsi orang akan masih tetap sama. Itu karena namanya juga sama yaitu arak.
Karena itu, butuh sistem dan dukungan dari semua pihak untuk meningkatkan persepsi terkait Arak Bali. Mulai dari produksi yang lebih menekankan kualitas. Untuk membuat kualitas arak menjadi bagus, maka butuh satu pilot project pengembangan arak dengan kualitas bagus yang nantinya bisa disebarkan ke petani. “Karena petani tidak hanya bisa diwacanakan saja untuk meningkatkan kualitas, tetapi juga memikirkan laku terjual,’ ujarnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *