Di masa pandemi, masyarakat Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung menggelar Karya Manusia Yadnya dan Atma Wedana Kinembulan. Pelaksanaan karya itu, tak hanya sesuai dengan ajaran sastra agama Hindu, tetapi juga menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) agar tidak terjadi kluster upacara. Warga yang hendak bersembahyang tetap memakai masker, dan mengawali dengan mencuci tangan. Pada saat persembahayangan dimulai, pemedek (warga) mengatur jarak, dan bersembahyang secara bergiliran.
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta mengapresiasi atas terlaksananya karya yang diikuti dengan penerapan prokes. Untuk itu pihaknya mengucapkan terima kasih kepada panitia karya, Bendesa Adat dan semua pihak yang telah bersinergi, sehingga karya ini terlaksana dengan baik. “Karya Pitra Yadnya Memukur Kinembulan berawal dari adanya Upacara Ngaben dan karya ini sebagai wujud mengantarkan atma menuju surga,” ungkap Bupati Giri Prasta saat menghadiri Puncak Karya Manusia Yadnya dan Atma Wedana Kinembulan di Lapangan Kapal, Kecamatan Mengwi, Rabu (6/10).
Bupati Giri Prasta didampingi Anggota DPRD Badung Komang Triani dan Made Suwardana, Camat Mengwi Nyoman Suhartana serta tokoh masyarakat setempat. Guna mendukung karya tersebut Bupati Giri Prasta juga menyerahkan dana punia pribadi Rp. 25 juta.
Dalam Karya Atma Wedana ada beberapa prosesi upacara, seperti Ngangget Don Bingin untuk dipergunakan sebagai bahan Puspasarira (symbol badan roh) yang nantinya dirangkai sedemikian rupa seperti sebuah tumpeng (dibungkus kain putih), dilengkapi dengan prerai (ukiran/lukisan) wajah manusia, laki/perempuan. Dilanjutkan dengan Ngajum, prosesi dimana setelah daun beringin tiba di tempat upacara, maka untuk masing-masing perwujudan roh, dipilih sebanyak 108 lembar, ditusuk dan dirangkai sedemikian rupa yang kemudian disebut Sekah.
Murwa Daksina dengan menggunakan sarana seekor Sapi Gading sebagai lambang Dewa Siwa yang akan mengantarkan atma menuju surga. Terakhir yang terpenting yaitu pada saat ngelinggihang puspa di pelinggih rong tiga/kemulan. pada saat ngelinggihang disebut Dewa Pratista, bertujuan untuk menyatukan bumi dengan langit. Bila rong tiga menghadap ke Barat, puspa yang lanang melinggih di sebelah Selatan, yang istri melinggih di sebelah Utara. “Ini adalah konsep padu muka, dimana dik (lanang), bhataranya Brahma tempatnya di Selatan dan widik (istri) bhataranya Wisnu tempatnya di Utara dan di tengah-tengah Siwa Guru,” jelasnya.
Bendesa Adat Kapal Ketut Sudarsana, mewakili krama Desa Adat Kapal mengucapkan, terima kasih atas kehadiran serta bantuan dana dari Bupati Badung dalam mendukung karya ini. Karya Atma Wedana Kinembulan yang dilaksanakan dengan dana swadaya ini diikuti oleh 175 sawa, 250 orang metatah dan 150 orang mepetik. “Karya ini kami mulai sejak tanggal 14 September, dimana dalam karya pitra yadnya ini juga ada yang ngelungah 58 orang, ngelangkir 87 orang dan ngaben 3 orang. Kami tetap mematuhi prokes ketat guna mencegah penyebaran Covid-19,” ujarnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *