Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) ke-8 bakal digelar, pada 14 – 17 Juni 2022 di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua, Badung. Pameran pariwisata dan perjalanan internasional terkemuka di Indonesia ini akan berlangsung secara temu muka dan virtual. “BBTF kali ini berhasil menarik perhatian sebanyak 181 sellers dari 30 kabupaten/kota berasal dari 13 provinsi termasuk Bali serta Indonesia secara keseluruhan, dan 273 buyers dari 30 negara ikut meramaikan bisnis industri pariwisata ini,” kata Ketua Komite BBTF 2022, I Putu Winastra saat press conference di The Westin Resort Nusa Dua Bali, Senin (6/6).
BBTF 2022 dengan tema “Balancing in Harmony” sebagai upaya komunikasi dan jembatan membangkitkan ekonomi pariwisata post-pandemi dan mata rantai promosi destinasi maupun produk wisata berkelanjutan. BBTF sebagai ajang pertemuan bisnis ke bisnis dalam industri pariwisata nasional dan internasional, ikut mengambil peran penting dalam penyampaian informasi dan jalin kerjasama dengan operator perjalanan luar negeri (buyers) yang akan mengirimkan wisatawan ke Indonesia. “Tahun ini, BBTF memperkenalkan exhibitors (sellers) dengan konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan pengembangan wisata wellness serta kesehatan health tourism,” sebutnya.
Winastra yang juga Ketua ASITA, Bali Chapter ini menegaskan, ajang ini menampilkan produk destinasi baru merupakan langkah strategis yang ditujukan untuk mendorong pergerakan wisatawan nusantara dan global untuk mengenal destinasi baru, fasilitas dan layanan berkualitas. “Bali akan terus melakukan diversifikasi pertumbuhan ekonomi lewat pariwisata yang bukan hanya tergantung kepada jumlah kedatangan, tapi juga quality tourism, oleh sebab itu perlunya akselerasi produk baru seperti wellness tourism, health tourism, cruise tourism, serta MICE untuk lebih dikenal oleh para buyers,” terangnya.
Berbagai sudut diangkat yang diharapkan mampu memberikan informasi lengkap berkaitan dengan regulasi pemerintah terutama tentang kembali beroperasinya rute penerbangan internasional reguler di Bandara I Gusti Ngurah Rai, dan kesempatan pemulihan ekonomi Bali serta Indonesia melalui pariwisata. “Selain itu akan ada temu diskusi melihat pentingnya kontribusi travel agent dalam bisnis industri pariwisata ini serta perannya dalam mendorong kolaborasi dengan para stakeholders lain,” jelasnya.
BBTF tahun ini menampilkan 13 destinasi provinsi di Indonesia yaitu; DKI Jakarta, Aceh, Bangka Belitung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatra Utara, dan pastinya Bali termasuk juga didalamnya 5 destinasi prioritas yaitu Danau Toba, Mandalika, Borobudur, Likupang, dan Labuan Bajo. Presentasi destinasi ini sekaligus memberi ruang untuk unjuk seni, budaya serta keunikan daerah masing-masing.
BBTF tahun ini menyambut banyak travel agent baru yang berasal dari Afrika, beserta negara-negara dengan kontribusi besar dari Eropa, Timur Tengah, ASEAN, India, Australia, dan Asia secara keseluruhan. Nigeria untuk pertama kalinya ikut meramaikan BBTF tahun ini dan sekaligus tercatat sebagai buyer dengan jumlah terbanyak setelah Indonesia, kemudian Australia, India, Filipina, Prancis, Belanda, diikuti UK, dan Uni Emirat Arab. “Target transaksi saat acara ini diperkirakan mencapai hingga IDR 5,220 triliun. Meningkat 22 persen jika dibandingkan dengan target tahun 2021 sebesar IDR 4,080 triliun,” ujarnya.
Acara ini diyakini sebagai Indonesia’s Leading International Travel Fair yang dapat dibanggakan, dan menjadi alat promosi destinasi-destinasi provinsi Indonesia, serta produk perjalanan berkelanjutan. “Kami sangat antusias untuk menyambut sellers, buyers, dan media terkemuka pada pelaksanaan BBTF ke-8 tahun ini.” tutup Winastra.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyambut baik komitmen penyelenggara BBTF yang menonjolkan potensi desa wisata. Sekarang ini, Bali tak mau mengulangi pariwisata 2000 yang mementingkan pariwisata dari pertanian, sekarang 2022 ini pariwisata hijau. Pengembangan pariwisata terus dilakukan, insfrastruktur dan peraturan daerah.
“Dari dulu, pariwisata kita adalah pariwisata budaya. Sekarang pariwisata kelanjutan yang tak merusak sumber daya alam, manusia dan budaya. Pariwisata berkualitas memberikan dampak sebesarnya kepada masyarakat Bali,” ucapnya.
Mantan Bupati Gianyar ini menyambut baik komitmen penyelenggara BBTF yang menonjolkan potensi desa wisata. Ini sangat bagus. Kalau memang ingin melihat dari sentuhan langsung, memang desa wisata jawabannya. Apalagi ini sudah nyambung, baik pemerintah pusat, kita di provinsi, kemudian kabupaten-kabupaten pun sekarang antusias, bahkan masyarakat desa wisata juga siap. “Namun, sebelum berbicara optimalisasi, ada beberapa hal perlu dibenahi dalam pengelolaan desa wisata. Poin pembenahan harus menyasar karakteristik dalam upaya meningkatkan power atau nilai jual desa wisata. “Kalau tidak mau menjadi sasaran perantara, maka desa wisata harus kuat. Misalnya Desa Penglipuran, orang kesini khusus ke Penglipuran,” jelasnya.
Hadir sebagai narasumber yakni, Koordinator Pemasaran Pariwisata Nusantara Area I (Sumatera) Kemenparekraf, Taufik Nurhidayat, S.Sos., M.M., Ketua GIPI Bali/Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, dan General Manager Multi Property Vice President – The Westin Resort Nusa Dua Bali, Oriol Montal serta dipandu moderator sekaligus Komite Koordinasi Media BBTF, Yoke Darmawan. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *