Beragama Hindu Secara Efisien. Begini Penjelasannya

Beragama Hindu Secara Efisien. Begini Penjelasannya

Penampilan Taman Panasar Duta Kabupaten Bangli pada Wimbakara (Lomba) Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tergolong ekstrim. Tema yang disodorkan tengah viral, terkait beragama Hindu yang efisien dan tidak efisien saat ini. Semua itu disajikan dengan koreo, pendramaan yang sangat apik, dan menyentuh. Acting dan pendramaannya begitu kuat, sehingga yang terjadi di atas panggung, seperti kenyataan di dalam kehidupan masyarakat.

Taman Panasar itu didukung oleh Sanggar rare Angon, Banjar Blungbang, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli memang melakukan persiapkan secara matang. Pendukungnya merupakan anak-anak muda kreatif dengan maksimal umur 25 tahun. Dalam penampilannya menyajikan enam pupuh, yaitu Pupuh Durma, Pangkur, Sinom, Ginanti, Semarandhana dan Pupuh Ginada. Iringannya gong Semarandhama yang hanya memenfaatkan terompong, sehingga menciptakan suasana baru. “Walau menggunakan gamelan Semarabdhana, tetapi sebagai iringan pokok tetap memakai geguntangan,” kata penggarap Sang Nyoman Gede Adisantika, S.Sn.M.Sn, disela-sela lomba, Rabu (15/6).

Taman Pensar hari ini mengangkat kisah yang cukup menarik. Munculnya para intelek organic yang mengira adat istiadat atau kebudayaan yang sudah terjadi di Bali ini membebani juga dikaitkan dengan “ahimsa”. “Karena pembahasan taman penasar hari ini mengedepankan kata Ahimsa itu sebagai difinisi menyakiti binatang. Saling menyakiti itu dijadikan landasan kita sebagai agama hindu Bali yang dianggap menyakiti binatang terutama saat “mulang pakelem di Danau Batur atau saat pecaruan,” ujarnya.

Dalam Taman Panasar ini membahas juga hal-hal mana yang tidak membunuh di dunia ini, karena antara menyakiti dan membunuh itu berbeda. Kalau berkata kasar itu juga menyakiti, tetapi kalau membunuh dengan alasan yang jelas, karena di dalam Hindu Bali sudah memiliki aturannya. “Seperti contoh, ketika seekor ayam dijadikan banten paweton di Bali, ayam itu didoakan, karena kita percaya dengan punarbawa, reinkarnasi kelahiran kembali. Karena saat ini mati untuk yadnya, didoakan dalam kelahirannya kembali menjadi lebih baik, bahkan menjadi manusia,” jelasnya.

Umat Hindu percaya Tri Premana, yaitu manusia memiliki idep dan pikiran mengajak tumbuhan dan binatang untuk ikut beryadnya. Tumbuhan dan hewan tak memiliki pikiran dan ide untuk beryanya, karean tak memiliki idep. Kalau dibilang tak membunuh, manusia juga membunuh tumbuh-tumbuhan. Kalau menggores kulit heran atau manusia akan keluar getih (darah), dan kalau menggores tumbu-tumbuhan luka maka keluar getah. “Itu berarti semua tumbuhan, hewan dan manusia adalah mahluk hidup. Maka itu, bagian Tri Pramana itu yang diulas sekarang sebagai pergunjingan. Ekstrim memang, tetapi petiung dipaparkan, sehingga tidak menjadi bom waktu nantinya di Bali,” bebernya.

Sang Nyoman berharap dari pementasan ini, agar keseniaa di Bali tetap ajeg. Para tetua bilang, selama agama Hindu berjalan maka kesenian pun jalan. Agama dan kesenian menjadi satu, dan buah dari adat itu salah satunya kesenian. “Tetapi, dalam kesenian itu kita seyogyanya memberikan tontonan dan tuntunan bukan sekedar tontonan secara estetis, tetapi juga secara etik, sehingga penonton itu mendapatkan sesuatu dari pertunjukan kesenian itu. Seperti Taman Penasar ini, semoga penonton membawa pulang hal-hal posistif, karena disinipun membicarakan hal-hal positif dan negatif untuk mencari kebenaran,” ungkapnya.

Kendala yang dihadapi dalam penggarapan ini memiliki berbagai kendala. Pupuh selama dua tahun belakangan ini semakin ditingglakn. Sebelum Covid-19 saja ditinggalkan, apalagi setelah Covid-19. Pada saat pandemi itu, semua pikiran tujuan manusia untuk bertahan hidup. “Sekarang ini metaki-taki memulai dari awal memberikan remaja dan anak-anak klesempatan untuk menekuni budaya Bali. Saya ucapkan terimakasi kepada Pemprov. Bali karena ada aturan main umur dalam lomba ini sekarang anak muda dituntut pelakunya yang maksimal umur 25 tahun, sehingga anak-anak muda terpacu untuk belajar pupuh,” imbuhnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us