Bulan Bahasa Bali Ke-4 Bertema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”

Bulan Bahasa Bali Ke-4 Bertema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”

Gubernur Bali, I Wayan Koster akan membuka Bulan Bahasa Bali ke-4 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar, Selasa (1/2) sore hari. Ajang sastra yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu pasti beda dengan tahun-tahuna sebelumnya. “Melalui Bulan Bahasa Bali ini, ada kegairahan di kalangan penyuluh bahasa Bali di daerah. Mereka penuh semangat, sehingga agenda Bahasa Bali bergulirnya di desa adat, pelosok desa, dengan berbagai kegiatan yang digawangi para penyuluh bahasa Bali kita,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiarta disela gladi bersih pembukaan, Senin (31/1).

Orientasi kegiatan sebenarnya bergulir di tingkat desa-desa di Bali. Karena itu, Gubernur Bali memerintahkan agar dana-dana desa bisa dialokasikan untuk mendukung kegiatan Bulan Bahasa Bali. Sejak awal ajang Bulan Bahasa Bali memiliki tujuan untuk mengembalikan apa yang hilang selama ini, baik dibidang lingkungan maka kita kembalikan agar alam lestari, dibidang sastra dan bahasa Bali kita kembalikan agar bahasa Bali semakin dikenal. “Ini sebagai upaya pelestarian dan perlindungan bahasa Bali,” ucap mantan Rektor ISI Denpasar yang saat itu didampingi Kabid Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan A.A Ngurah Bagawinata.

Prof Arya Sugiarta berharap, dalam pergaulan sehari-hari, agar peran desa adat, melibatkan penyuluh Bahasa Bali bisa semakin ditingkatkan. Untuk tahun 2022 ini, Bulan Bahasa Bali mengangkat tema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”Air sebagai sumber ilmu pengetahuan. Tema itu akan dijabarkan melalui kegiatan sastra, baik dalam bentuk, Sesolahan (pergelaran), Reka Aksara (Pameran), Wimbakara (lomba), Kriyaloka (workshop), dan Kegiatan Widyatula (seminar). Kegiatan berlangsung secara Daring (Dalam Jaringan) dan Luring (luar Jaringan) mulai 1 – 28 Pebruari 2022.

Pembukaan dijadwalkan mulai pada pukul 16.00-19.00 ditayangkan secara langsung, diawali penayangan video teaser Bulan Bahasa Bali. Selanjutnya penayangan Utsawa Nembangang Pupuh Ginada “Toya Ening” dari seluruh kabupaten dan kota di Bali. Gubernur dan pejabat yang hadir akan “nyurat lontar” (menulis diatas daun lontar) dan aklan dipungkasi dengan Sesolahan (pertunjukan) Sandhyagita “Ranu Murti” oleh Sanggar Seni Bungan Dedari (ISI Denpasar).

Gubernur Bali akan menyaksikan Reka Aksara (Pameran) di Gedung Kriya. Pameran yang biasanya berlangsung di Gedung Bawah Ksirarnawa, kali ini berlangsung di Gedung Kriya, karena masih berlangsungnya pameran Bali Bangkit. Acara pembukaan hanya melibatkan 200 undangan sebagai upaya penerapan Protokol kesehatan (Prokes). Para undangan wajib melakukan scan barcode PeduliLindungi disamping mencuci tangan dan hand sanitizer serta cek suhu di depan pintu Ksirarnawa. “Karena masih dalam kondisi pandemik, maka pelaksanaan prokes tetap ketat, sehingga nantinya tidak menimbulkan klaster baru,” tandasnya.

Wimbakara (lomba-lomba) digelar secara luring dan daring. Lomba yang digelar secara luring bertempat di Gedung ksirarnawa diantaranya Nyurat Aksara Bali (SD), Ngwacen Aksara Bali (Daa Truna), Pidarta (Bendesa Adat), Nyatua Bali (Paiketan Krama Istri), dan Wiwada (Debat) Mabasa Bali (SMA/SMK). Sebagai pesertanya dari seluruh kabupaten/kota di Bali. Sementara untuk kategori umum, ada lomba Musikalisasi Puisi Bali, Artikel Mabasa Bali, Komik Online Mabasa Bali, Poster Online Mabasa Bali dan Fotografi untuk Caption Mabasa Bali. lomba ini digelar secara luring dan daring.

Kriyaloka (workshop) seperti Nyurat Aksara Bali (menulis aksara Bali) di Komputer menghadirkan narasumber Dipl-Ing. Made Suatjana (Pangripta Aplikasi Bali Simbar), dan Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum. (Akademisi Prodi Sastra Bali, Universitas Udayana). Untuk workshop Wariga menghadirkan narasumber Ida Padanda Gede Buruan (Pakar Wariga), dan I Gede Marayana (Pakar Wariga dan Palelintangan). Untuk workshop wariga bertempat di wantilan dan nyurat aksara bali bertempat di MMGB.

Sementara Widyatula (seminar) Basa, Aksara, dan Sastra dengan topik “Usadha Toya” dengan narasumber Dr. I.B. Suatama (UNHI) dan Dr. Gede Made Anadi (UHN I Gusti Bagus Sugriwa). Widyatula dengan topik “Widya Basa (Ekolinguistik) Toya” menghadirkan narasumber Putu Eka Guna Yasa, S.S., M.Hum. (FIB Uunud) dan Dr. Ketut Paramarta (Undiksha). Sementara Widyatula dengan topik “Banyu Jeroning Sastra” menghadirkan narasumber I Ketut Eriadi (Jurnalis) dan Drs. I Ketut Sumarta M.Si. (MDA Provinsi Bali), sedangkan Widyatula (Bedah Lontar) dengan judul “Usadha Sawah” digelar secara Luring di Wantilan dengan pembicara Dr. Drs. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si. (Universitas PGRI Mahadewa Indonesia). (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us