Desa Pramana Swan yang sebelumnya pernah menyediakan tempat karantina sehat bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI), kini menawarkan diri sebagai tempat isolasi mandiri. Penawaran itu berdasarkan merespon surat edaran Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). “Dari surat edaran PHRI, kami menawarkan Desa Pramana Swan sebagai tempat isolasi mandiri. Itu karena sebelumnya sempat menjadi salah satu tempat karantina sehat bagi para PMI pada April – Mei 2020,” kata CEO Pramana Experience, Sudirga Yusa, Senin (22/2).
Adapun skema isolasi mandiri itu, lanjut Dirga sapaan akarabnya, tentu mengikuti kebijakan dan arahan dari pemerintah, yang mana nantinya hotel tersebut tidak boleh menerima tamu atau costumer umum. Dan yang paling penting, adalah penerapan protokol kesehatan dan memiliki standard Sertifikat Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan) yang disingkat CHSE. “Paket sty cation mulai 900k/malam untuk 3 bedroom pool villa, ada 3 kamar tidur, living room, kitchenette dan kolam renang seluas 64 square meter,” jelasnya.
Untuk bisa memilih tempat karantina di Desa Pramana Swan, biswa menghyubungi langsung di hotel tersebut dan busa juga menghubungi Dinas Kesehatan atau Satuan Tugas (Satgas) terkait. Akomodasi yang terletak di Desa Selukat Keramas Gianyar itu Villa ini lokasinya jauh dari perkampungan warga, banyak memiliki kamar, areal disetiap villa yg luas dan beberapa kriteria lain. “Kami memiliki 25 private pool villa dengan total kamar 70 rooms, dan dipakai sebanyak 68 rooms ini memang memiliki kriteria sebagai tempat karantina sehat bagi para PMI di bumi seni ini,” ucapnya berpromosi.
Untuk menjadikan hotel sebagai tempat karantina, jelas pria yang aktif dalam organisasi pariwisata itu, harus mendapat persetujuan dari Satgas Covid dan instansi terkait. Termasuk kesepakatan dalam pelayanan dan penentuan harga yang telah ditetapkan. “Jujur, untuk menjadikan hotel sebagai tempat karantina tentu tidak mudah. Karena, hal itu akan sangat berkait dengan masalah kesehatan dan keamanan seluruh staff dan lingkungan. Hotel harus memastikan lingkungan hotel dan sekitarnya itu tetap sehat, sehingga menjadi aman sebagai tempat untuk penyembuhan,” ungkapnya.
Memang, pada prakteknya pihak hotel tidak bersentuhan langsung dengan para pasien karantina. Semua kebutuhan para peserta karantina dilakukan dan diawasi oleh anggota Satgas dibantu petugas-petugas terkait, seperti Dinas Sosial, pihak keamanan dan lainnya. “Kami hanya bertugas menyiapkan tempat untuk pertama kali kamar tersebut digunakan. Fasilitas lainnya tidak dipergunakan, seperti restoran, kolam renang, gym, dan fasilitas lainnya,” terangnya.
Untuk kebutuhan makan dan minum, langsung diantarkan ke masing-masing kamar dengan cara menempatkan di depan kamar masing-masing, sehingga benar-benar menghindari kontak langsung dengan para peserta karantina. “Kami melakukan pembersihan area dengan menyemprotkan cairan disinfektan setiap hari untuk semua area hotel. Petugas hotel yang bertugas senantiasa memakai perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai arahan, seperti memakai masker, sarung tangan, face shield dan lainnya,” paparnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *