Desa Wisata Pinge Berpromosi di Masa Pendemi

Desa Wisata Pinge Berpromosi di Masa Pendemi

Pelan tapi pasti. Itulah cara Bendesa Adat Desa Pinge, Desa Baru, Kecamatan marga, Kabupaten Tabanan dalam mengubah prilaku masyarakatnya untuk menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) di masa pandemi Covid-19. Pinge yang telah memproklamirkan dirinya sebagai desa wisata, menerapkan protocol kesehatan mulai dari pengelola home stay. “Ketika Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) mewabah hingga di Bali, masyarakat Pinge khususnya pengelola home stay langsung menjalankan prokes dalam meyalani para tamu. Kami mengikuti instruksi pemerintah dalam mencegah penulartan Covid-19,” kata Bendesa Adat, I Made Jadrayasa didampingi Ketua Badan Pengelola Desa Wisata, AA Ngr. Putra Arimbawa, Senin (12/7).

Pengelola home stay berjumlah 20 rumah dengan sebanyak 70 kamar itu diwajibkan menyediakan fasilitas prokes, seperti tempat mencuci tangan, hand sanitizer, dan thermo gun untuk mengecek suhu para tamu juga warga pengelola home stay. Disamping itu, pengelola desa wisata bersama Satgas Covid-19 desa adat juga melaksanakan penyemprotan disinfectant untuk memastikan kebersihan lingkungan dari virus. “Hal tersebut, awalnya wajib diterapkan oleh rumah-rumah yang biasa menerima tamu menginap. Lama-lama, rumah yang lain mengikuti, sehingga semua rumah raga kini memiliki fasilitas mencuci tangan,” ungkapnya.

Lokasinya memang tidak sama, seperti warga yang mengelola home stay menyiapkan tempat mencuci tangan di depan rumah (pintu masuk). Ada yang menyiapkan di sudut rumah, depan dapur, dan depan kamar mandi atau disesuaikan dengan lokasi yang memang dianggap strategis di lingkungan rumahnya. “Sekarang, mencuci tangan sudah menjadi kebiasaan bagi warga kami yang dating dari mana saja. Walau mereka datang dari sawah, mereka pasti diawali dengan mencuci tangan, baru kemudian menuju bale (rumah) atau dapur,” ucapnya.

Jadrayasa mengatakan, mengubah prilaku masyarakat untuk membiasankan diri mencuci tangan setalah datang dari manapun, memang tidak semudah membalikan telapak trangan. Sosialisasasi dilakukan secara terus menerus, setiap ada kesempatan. Artinya, sosialisasi dilakukan setiap ada kegiatan warga. “Kami menghimau warga tanpa mengenal waktu. Setiap ada kegiatan ngayah, kami selalu mengangkan warga untuk disiplin prokes, paling tidak dengan menerapkan 6 M, yaitu Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi keramaian, Mengurangi mobilitas, dan Menghindari makan bersama,” paparnya.

Ketua Pengelola Desa Wisata Pinge, AA Arimbawa mengatakan, ketika Covid-19 mewabah di Bali, desa wisata sempat tidak menerima tamu alias tidak beroperasi. Setelah pemerintah menerapkan tatanan kehidupan era baru, maka desa wisata kembali menerima tamu dengan penerapan prokes secara ketat. Tamu yang berkunjung lebih banyak rombongan mahasiswa yang melakukan kuliah di lapangan sekaligus berwisata da beberapa tamu keluarga yang ingin merasakan suasana desa. “Sekarang, setelah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat tidak ada tamu yang menginap. Kami mengikuti instruksi pemerintah untuk menutup kawasan wisata,” terangnya.

Rumah-rumah yang menjadi home stay juga memasang himbaun berupa tulisan untuk mengingatkan setiap tamu mengatur jarak duduk. Warga masyarakat di desa itu telah memiliki budaya hidup bersih, dengan memilah sampah organik dan non organic. Selain melakukan kebersihan setiap hari di lingkungan rumah, kegiatan bersih-bersih di telajakan rumah dilakukan setiap 15 hari sekali. “Desa Wisata Pinge sudah mengantongi sertifikat Clean, Health, Safety & Environment (CHSE) dari Pemerintah Kabupaten Tabanan, dan sekarang sedang mempersiapan untuk CHSE standar desa wisata dari Kementrian Pariwisata RI,” imbuhnya.

Salah satu pengelola home stay, I Wayan Dibia mengatakan, dirinya telah menyiapkan semua fasilitas penerapan prokes sesuai yang ditetapkan pemerintah. Hand sanitizer ditempatkan pada titik berkumpul, seperti di bale daja (rumah) dan jineng. Tempat mencuci tangan yang terletak di depan rumah, tidak hanya disiapkan untuk para tamu, tetapi juga untuk membiasakan diri bersama keluarga untuk hidup bersih. “Kalau ada tamu yang nyelonong, kami sapa sambal mengingatkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu,” ujarnya serius.

Memang, desa asri itu tampak bersih, tenang dan damai. Tumbuhan local menghisai setiap rumah, telajakan, hingga kawasan pura. Lingkungannya bersih, dan tidak tampak ada sampah plastic. Walau tidak memiliki rumah yang disewakan, semua warga telah menyiapkan tempat mencuci tangan sebagai penerapan pola hidup bersih dan sehat. Sebut saja, Wayan Kardika, Pan Vera dan Pak Dian yang tidak menyiapkan rumahnya sebagai home stay, namun tetap menyaipakn faslitias prokes. “Ini upaya kami untuk menjaga kebersihan agar tetap sehat,” ujar Wayan Kardika. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us