Festival Konservasi Lontar serangkaian kegiatan Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022 memasuki rangkaian terakhir. Festival yang berkolaborasi dengan Tim Penyuluh Bahasa Bali di masing-masing kabupaten/kota ini, terakhir melaksanakan konservasi lontar di Kabupaten Buleleng, Jumat (25/2). Konservasi lontar kali ini menyasar
Lontar milik Dadia Pasek Bendesa Gelgel di Banjar Kelod, Desa Adat Padangkeling, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng menjadi Festival Konservasi Lontar yang terkahir dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022. Festival yang berkolaborasi dengan Tim Penyuluh Bahasa Bali dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota di Bali selama pelaksanaan Bulan Bahasa Bali yang digelar sebulan penuh. “Ada dua cakepan lontar yang kami konservasi hari ini, Satu lontar tebalnya 99 lembar dan 54 lembar,” kata Koordinator Tim Bhaga Lontar Kabupaten Buleleng, Nyoman Sujana disela-sela kegiatan, Jumat (25/2).
Sujana yang saat itu didampingi Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng, Putu Pertamayasa dan Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Buleleng Gusti Ngurah Arya Dwipayana menjelaskan, ada dua cakepan lontar dua-duanya merupakan Babad. Kedua naskah lontar itu bisa diselamatkan, karena permukaan lontar hanya kering dan tulisan (goresan) kurang hitam, sehingga tinggal menghitamkan saja. “Memang, ada beberapa lembar naskah patah karena terbakar oleh dupa saat upacara piodalan,” jelas Sujana.
Lontar-lontar tersebut hanya dibersihkan debunya oleh Tim penyuluh itu. Kemudian membuat aksara menjadi lebih jelas dengan menggunakan alat-alat khusus. Bahannya yang dipakai antara lain cairan minyak sereh dicampur alkohol 95 persen dan minyak kemiri untuk menghitamkan tulisan. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi (mendata) jenis naskah lontar.
Tim penyuluh ini membersihkan permukaan lontar per lembar dari kotoran debu dengan menggunakan kuas. “Caranya, dengan mengoleskan minyak sereh dicampur alkohol agar permukaan lentur. Apabila goresan tulisan lontar tidak jelas, maka diberikan minyak kemiri yang disanggrai,” paparnya.
Selain mengkonservasi lontar, Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng juga memberikan edukasi terkait perawatan dan penyimpanan agar selalu diperhatikan kondisi naskah. “Kami meminta agar pemilik dalam penyimpanan naskah lontar itu tidak terkena air dan usahakan tempat penyimpanan tidak terlalu lembab. Ini sebagai bagian dari pada perawatan juga,” imbuhnya.
Atas permintaan pemilik, Tim juga rencananya akan melakukan alih aksara ke dalam aksara latin dan nantinya akan dialih bahasakan. “Keberadaan naskah lontar sangat disakralkan oleh pemiliknya. Karena tidak ada yang ahli di bidang membaca aksara Bali, maka di saat piodalan naskah lontar hanya dilaksanakan upacara pebantenan saja,” jelas Sujana.
Untuk di Kabupaten Buleleng sendiri, tim Bhaga Lontar Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng sudah berhasil mengidentifikasi dan merawat naskah sekitar 2000 cakep dalam kurun waktu 2017 sampai sekarang. Jenis lontar itu beragam, antara lain Usadha, Babad, Wariga, Geguritan, Kekawin, Kanda, Puja Mantra, dan lain-lain. Ada yang milik warga, milik Dadia, milik Desa dan milik Griya. “Di wilayah Kecamatan Buleleng, Banjar, dan Sukasada banyak ditemukan lontar milik warga di Buleleng,” pungkasnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *