Walau sudah mulai dibuka sejak pertengahan September 2021 lalu, namun kunjungan wisatawan ke Daya Tarik Wisata (DTW) Sangeh Monkey Forest belum ada peningkatan yang segnifikan. Namun, yang pasti minimnya kunjungan bukan karena DTW yang mengandalkan kelucuan kera dan sejuknya hutan pala ini memberlakukan berbagai pengetatan dalam penerapan Protokol Kesehatan (Prokes). “Syarat masuk DTW, bukan masalah bagi para wisatawan. Karena mereka pun tampaknya sudah menjalani tatananan kehidupan era baru dan taat prokes,” kata Manajer Operasional, Made Mohon, Rabu (13/10)
DTW yang berlokasi di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung memang memiliki faslitas prokes yang sangat lengkap. Hal itu, untuk menjamin keselamatan para wisatyawa termasuk pula staff dan karyawan. Semua fasilitas itu diberlakukan secara baik dan benar. Wisatawan, staff dan karyawan serta siapa saja yang memasuki pintu gerbang DTW wajib mengikuti check suhu, selanjutnya melakukan cuci tangan yang ada di depan lobby. “Wisatawan yang datang sudah langsung melalukan semua itu. Bahkan ada wisatawa yang minta di check suhu saat petugas kami sedang melakukan pekerjaan lain,” ungkapnya.
Syarat satu lagi untuk bisa memasuki areal DTW, semua wisatawan wajib melakukan scan barkot PeduliLindungi yang ada di pintu masuk Sangeh Monkey Forest. Aplikasi ini berfungsi untuk melacak penyebaran Covid-19. Karena itu, partisipasi masyarakat sebagai user sangat penting dengan membagikan data lokasi saat bepergian. Dengan ini, maka akan mudah menelusuri riwayat kontak dengan pasien Covid-19. DTW yang dikelola Desa Adat Sangeh ini juga telah mengantongi Sertifikat Cleanliness, Health, Safety, dan Environment (CHSE) dari Kabupaten Badung. “Kami sedang proses mengurus sertifikat CHSE dari Kementerian pariwisata Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” ungkapnya.
Wisatawan yang sedang berada di kawasan objek, juga tetap dipantau keselamatannya dan ketaatan dalam menerapkan prokes. Di setiap sudut objek, terdapat petugas yang selalu berjaga-jaga. Para petugas ini bertugas sebagai guide yang akan memberikan petunjuk, jika para wisatawan itu tersesat di tengah hutan. Para petugas itu juga memantau, jika ada kecelakaan para pengunjung, sehingga lebih cepat bisa ditangani. Saat ini, tambahan petugas itu adalah memantau penerpan prokes para pengunjung. Walau DYW Sangeh merupakan hutan yang luas da terbuka, namun prokes mesti tetap dilakukan, untuk menjaga rasa aman. “Itu sebagai bentuk pelayanan kepada para pengunjung, sehingga tetap mertasa aman dan nyaman ada di DTW Sangeh,” ujarnya.
Walau pengoperasian DTW suudah boleh dilakukan, namun pengelola tetap mengikuti instruksi dari pemerintah. Hal itu, karena Bali masih berstatus leve 3 dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Kami tetap berkomitmen pada instruksi Gubernur Bali yang memberikan uji coba dibukanya DTW alam, budaya, buatan, spiritual, dan desa wisata dengan kapasitas pengunjung maksimal 50 persen. Ini untuk kamanan kita bersama. Karena itu, Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak (3M) tetap kami ketatkan,” imbuh Mohon.
Mohon mengatakan, DTW Sangeh Monkey Fprest kembali dibuka pada Jumat, 10 September 2021. Walau demikian, pengunjung tidak langsung berdatangan. Wisatawan mulai datang setelah pulul 12.00 Wita. Pada hari pertama, hanya ada 8 orang yang membeli tiket, dan 25 orang membawa donasi makanan monyet, yakni rombongan Perebekel Darmasaba. Pada hari kedua, hanya ada 6 orang pengunjung, serta pada hari ketiga ada seanyak 20 orang pengunjung yang membeli tiket, dan 40 orang memberikan donasi makanan monyet. “Belakangan, terus saja ada donatur yang memberikan sumbangan pakan monyet. Kami sangat berterima kasih kepada para donator yang peduli terhadap kelangsungan hidu kera di Sangah,” ungkapnya.
Walau sekarang ini masa sulit, Made Mohon mengaku memberlakukan harga tiket seperti yang sebelumnya, yaitu untuk wisatawan Asing dewasa Rp 30.000, dan wisatawan asing anak-anak Rp. 15.000 serta untuk domestik dewasa sebesar Rp 15.000 dan untuk anak-anak Rp 5.000. “Saat ini, tidak banyak ada kunjungan wisatawan. Kalau sabtu dan Minggu, biasanya ramai, dan tidak seramai dulu. Nah, menjelang dibukanya border internasional, kunjungan wisatawan mancanegar juga tak banyak. Tetapi ada, walau itu hanya 1 atau 2 orang saja,” sebutnya.
Monika, seorang wisatawan yang sedang berwisata bersama keluarganya mengaku senang berwisata ke DTW Sangeh Monkey Forest. Areal DTW luas dan memiliki beragam pohon sehingga terasa sejuk dan adem. Apalagi, DTW ini telah menerapkan protokol kesehatan yang sangat serius da dengan faslitas prokes yang lengkap, sehingga dirinya merasa nyaman melepas kepenatan di kawasan ojek itu. “Kami ingin aman, sehingga memilih kawasan wisata yang telah menerapkan prokes secara ketet. Disamping DTW ini sangat bersiah dan nyaman untuk berwisata bersama keluarga,” paparnya.
I Dewa Made Widarma, S.Kh dan Drh. I Gede Dedy Marsika dari Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (Unud) Angkatan 1993 mengaku senang memberikan pakan satwa berupa buah-buahan di DTW Sangeh Monke Forest.
Itu dilakukan, karena belum banyak berdatangan pengunjung, walau status DTW ini sudah dibuka. “Kami memberikan pakan satwa berupa buah-buahan. Pandemi tidak saja berdampak pada lesunya ekonomi terutama pariwisata, namun keprihatinan juga dialami satwa kera-kera yang selama ini menjadi daya tarik pariwisata di Bali. Karena itu aksi spontan peduli terhadap keberadaan satwa monyet di sejumlah DTW di Bali,” sebutnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *