Di TNBB, hanya Curik Bali yang Diberikan Pakan Tambahan

Di TNBB, hanya Curik Bali yang Diberikan Pakan Tambahan

Pengelola Taman Nasional Bali Barat (TNBB) mungkin sedikit santai dalam menjaga keanekaragaman satwa dimasa pandemi ini. Maklum, Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang berada di dua kabupaten, yakni Jembarana dan Buleleng itu tidak perlu memberikan pakan kepada satwa, seperti DTW Kebun Binatang lainnya.

“Tujuan pengelolaan Taman Nasional untuk melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, guna memenuhi fungsinya sebagai daerah perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,” kata Kepala Balai TNBB, Agus Ngurah Krisna Kepakisan, Sabtu (5/12).

Kawasan pelestarian alam yang ada di TNBB ini merupakan ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Karena itu, TNBB pada prinsipnya menjaga keaslian ekosistem asli dari satwa yang ada di taman itu.

“Di kawasan konservasi, kami tidak membeli makanan untuk kelangsungan hidup aneka satwa yang ada di TNBB ini. Aneka stawa yang ada mencari makan di alam yang merupakan kawasan yang memang dilindungi. Ketersediaan pohon-pohon yang terdapat di alam masih memenuhi kebutuhan pakan dari satwa yang ada,” tegasnya.

Agus Ngurah Krisna Kepakisan mengatakan, memang dalam pengelolaan Curik Bali terdapat anggaran dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pakan burung Curik Bali di Unit Suaka Satwa Curik Bali (USSCB), serta pakan tambahan untuk kandang habituasi di habitat berupa buah, ulat hongkong, konsentrat dan jangkrik.

“Khusus untuk Suaka Satwa Curik Bali sudah memiliki anggaran pasti, tidak tergantung dari pendapatan hasil kunjungan wisatawan. Semua pendapatan dari wisata alam disetorkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Lagi pula, semenjak pandemi Covid-19 ini kunjungan wisaatawan ke (TNBB) sangat menurun” imbuhnya.

Kawasan konservasi ini memiliki 18 jenis mamalia, 14 jenis reptil, 67 jenis kupu- kupu, 205 jenis aves, dan lebih dari 120 jenis ikan. Untuk menjaga kesehatan dan kelesstarian keanekaragaman hayati satwa dilakukan kegiatan pembinaan habitat dan populasi. Sementara tenaga kesehatan dokter hewan dan 7 orang perawat satwa disiapkan untuk menangani masalah kesehatan di Suaka Satwa, kandang habituasi curiknbali dan juga apabila ada satwa liar lain yang perlu ditangani kesehatannya.

“Kami tetap bekerjasama dengan pihak terkait lain untuk tindak lanjut penanganan satwa yang ada. Kami memang berkomitme untuk menjaga kelangsungan sumber daya alam hayati dan ekosistem yang memang khas ini,” ucapnya.

Lalu terkait dengan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes)? TNBB menerapkan Prokes secara ketat disetiap pintu masuk. Disetiap pintu masuk telah disiapkan tempat mencuci tangan, sehingga mewajibkan para pengunjung untuk mencuci tangan sebelum memasuki areal taman. Di areal itu juga ada hand sanitizer, serta alat untuk mengecek suhu para pengunjung. Hal tersebut juga wajib dilakukan oleh para pegawai yang akan bertugas di taman tersebut. “Di masa pandemi ini, jumlah kunjungan tidak menentu. Kami memberlakukan sistem kuota disetiap pintu masuk untuk membatasi kunjungan wisata per harinya,” paparnya.

Kuota harian pintu masuk lewat Labuan Lalang 140 orang/hari, lewat Banyumandi 120 orang/hari, Tegal Bunder 20 orang/hari, dan Karangsewu 55 orang/hari. “Untuk saat ini, kami masih berada direaktivasi kegiatan wisata alam tahap I, sehingga kunjungan dibatasi, seperti warga lokal Bali (KTP Bali atau Domisili Bali) dan eksapatriat yang bekerja di Bali,” tutupnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us