Bali Safari Park tak hanya menawarkan tempat wisata yang nyaman, tetapi juga sebagai destinasi yang mengedukasi. Wisatawan yang jalan-jalan akan diberikan pengetahuan tentang binatang yang ada di, mulai dari tempat hidupnya, makanannya, berkembang biak, hingga yang lainnya. Hal menarik lagi, Bali Safari Park, bagian dari Taman Safari Indonesia Group, menjadi lembaga konservasi pertama di Bali yang berhasil dalam pengembangbiakkan satwa Komodo secara alami. “Sebanyak 16 ekor anakan Komodo berhasil menetas secara alami dan keluar dari sarang pada 1 Maret 2022 kemarin,” kata Asisten Kurator Bali Safari Park, Ida Ayu Ari Janiawati, Kamis (7/4).
Pada saat Ketua MPR RI sekaligus Pembina Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), Bambang Soesatyo berkunjung, langsung mengapresiasi keberhasilan konservasi Bali Safari Park. Kedatangannya itu, langsung memberikan nama perwakilan 2 ekor anakan Komodo ini. Semua kondisi anakan komodo dalam keadaan sehat dan aktif. “Dua komodo yang ada, lalu diberi nama Dirgha, seperti nama anak bungsu beliau (Bambang Soesatyo red), dan Alarik, seperti nama cucu sulung beliau juga,” papar Ari Janiawati yang menirukan kata Bambang Soesatyo saat berkunjung Jumat (25/3) lalu.
Ari Janiawati lalu menjelaskan kembali apa yang dikatakan Bambang Soesatyo sebelumnya. Menurutnya, Dirgha artinya panjang (dalam ukuran ruang dan waktu), tinggi, luas dan dalam. Dirgha juga memiliki kemauan keras, bakat bisnis dan berwibawa. Selain itu, cermat dalam urusan kebersihan, dapat dipercaya dan gemar menolong. Sedangkan Alarik dalam Bahasa Sanskerta, artinya pemimpin dari semuanya. Alarik dalam Bahasa Skandinavia, artinya penguasa semuanya.
Anakan Komodo yang menetas di Bali Safari Park merupakan hasil perkawinan dari indukan bernama Putri dengan pejantan bernama Bambang. Sampai saat ini, 16 ekor anakan Komodo ini dirawat secara intensif oleh tim Dokter Hewan Bali Safari Park. “Anakan Komodo ini rutin kami berikan pakan 2 kali seminggu. Saat awal menetas anakan diberikan telur, lalu setelah berumur lebih dari satu minggu mulai dikenalkan dengan daging seperti bayi tikus merah, kemudian bertahap ke daging yang ukurannya lebih besar sesuai dengan berat dan umur anakan komodo,” jelas Ari Janiawati.
Mereka juga rutin dijemur setiap hari agar suhu dan kelembaban tetap terjaga. Perawatan intensif ini kami lakukan sampai anakan berumur satu tahun. “Keberhasilan ini menjadi bukti keseriusan Bali Safari Park sebagai lembaga konservasi terbaik di Bali. Dengan bertambahnya 16 ekor anakan Komodo, saat ini Bali Safari Park tercatat telah memiliki total 24 ekor Komodo. Kami berharap nantinya anakan Komodo ini dapat tumbuh dengan baik, serta bisa berkembang biak kembali,” tutupnya berharap. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *