Tanpa tersasa sebulan sudah perhelatan Bulan Bahasa Bali ke-5. Mungkin saja karena sajian dalam setiap harinya selalu menarik, sehingga ajang untuk membumikan aksara, sastra dan bahasa Bali telah sampai ke penguhujung di Bulan Pebruari 2023 ini. Gubernur Bali, Wayan Koster dijadwalkan menutup Bulan Bahasa Bali yang merupakan salah satu Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru itu. “Selasa, 28 Pebruari, Bulan Bahasa Bali ke-5 bakal ditutup,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gde Arya Sugiartha, Senin (27/2).
Prof. Arya mengungkapkan, selama sebulan, Bulan Bahasa Bali baik di tingkat provinsi, kabupaten dan kota, kecamatan hingga sekolah-sekolah lalu sampai ke desa berjalan dengan baik. Kalau dievaluasi, hasilnya cukup membanggakan, terutama dari segi partisipasi yang ada peningkatan yang signifikan. “Kalau tahun lalu ada 277 desa yang tidak mengikuti pelaksanaan Bulan Bahasa Bali, maka tahun sekarang ada 49 desa yang tidak mengikuti atau sekitar 6 persen. Oleh sebab itu kedepan akan kita dorong terus,” ucapnya.
Lanjut mantan Rektor ISI ini menyebutkan memang orientasi pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-5 ini, tidak lagi menyelenggarakan besar- besaran di tingkat provinsi, tetapi membumikan ditingkat akar rumput di desa desa. Itu, karena penggunaan bahasa Bali itu akan bisa membumi di masyarakat. Pelaksanaan mulai dari SD menjadi satu dengan desa adat dan desa dinas, hal ini terintegrasi dengan baik. “Kalau sudah menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa, saya kira upaya kita untuk membumikan bahasa Bali lebih efektif,” sebutnya.
Terkait dengan beberapa desa yang belum melaksanakan bulan bahasa, , nanti akan dicermati lagi akan disurati, sehingga untuk tahun depan bisa melaksanakan seratus persen. “Kabupaten Klungkung 100 persen desa melaksanakan bulan bahasa, kalau kabupaten lain ada 2 desa, 4 desa yang belum melaksanakan. Dukungan dana sudah ada di semua desa yang sudah mempunyai APBDes,” ucapnya.
Demikian pula, Bapak Gubernur dalam setiap bertemu dengan kepala desa, bendesa adat selalu menyisipkan pembagian DPA yang dikelola oleh desa itu agar dilalokasikan untuk kegiatan budaya salah satunya kegiatan Bulan Bahasa Bali.
Terkait dengan konservasi lontar, kata Prof. Arya, pertama belum banyak yang dikonservasi. Tahun lalu 1.000 lontar, tahun ini sebanyak 1450, dan masih banyak masih ada di masyarakat yang belum dikonservasi. “Sebenarnya masih ada program, setelah konservasi lontar itu akan dikaji. Tahun lalu ada kajian usada, dan tahun ini juga tetap terkait usada, karena disitu kita bisa membuat kebijakan baru tentang pengobatran tradisional,” harapnya.
Sementara itu, untuk acara penutupan Bulan Bahasa Bali ke-5 dengan tema “Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani” ini, Pemerintah Provinsi Bali bakal menyerahkan Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada dua tokoh yang memiliki komitmen menjaga dan melestarikan aksara, sastra dan bahasa Bali. Pada kesempatan itu, juga diisi dengan penyerahan piagam Penetapan Warisan Budaya Tak Benda untuk baik yang ada di tingkat Provinsi Bali ataupun di kabupaten kota.
Demikian pula bagi sekaa bondres yang terpilih sebagai 10 terbaik pada Audisi Pegelaran Bondres akan diberikan piagam, dan menyerahkan Pramana Patra Ambara Nugraha kepada Lembaga Penyiaran Radio dan Televisi yang menggunakan siaran Bahasa Bali, dan penyerahan hadiah bagi pemenang berbagai lomba dalam ajang pelaksanaan Bulan Bahasa Bali selama sebulan penuh itu. Rangkaioan acara, kemudian ditutup dengan Sesolahan (Pergelaran) Drama Gong “Nyomia Mrana” oleh; Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *