Perupa yang bergabung dalam Kelompok Bening menggelar pameran senirupa bertajuk Echo Energy di Hotel Dewangga, Ubud, Gianyar. Pameran untuk menyegarkan kembali semangat berkesenian pasca pandemi Covid-19 itu diikuti 14 perupa, yakni I Wayan Artana, Ketut Swardana, I Ketut Kesuma Tirta, Gusti Made Lod, AA Oka, Aptika, Ari Winata, Eka Partama, Putu Winasa, Desak Desira, Lentong Toya, Ketut Nirta, Suta Kesuma dan Dukuh Kardiasa. Pameran yang berlangsung pada 17 September-17 Oktober 2022 ini dibuka AA Rai, pencinta seni yang pemilik Museum ARMA.
Pameran ini mengambil moment 21 tahun usia Kelompok Bening yang dirayakan dengan pameran senirupa. Bening didirikan tahun 2001 lalu, bermakna ening atau transparan. Dengan selalu berpikir dan bernurani yang ening, diharapkan selalu lahir karya-karya yang dapat mewarnai kancah senirupa Bali, nasional dan bahkan internasional. “Kami mengangkat tema Echo Energy— echo atau gema, dan energy atau kekuatan. Jadi, dalam konteks ini kami berupaya menggemakan kembali kekuatan kreatif masing-masing seniman, sehingga menghasilkan karya-karya yang berkarakter,’’ ujar Kordinator Pameran Echo Energy, Ketut Kesuma Tirta.
Pengelola Hotel Dewangga Ubud, Drs. I Gusti Putu Suteja menyambut baik upaya Kelompok Bening memamerkan karyanya. Pada masa pandemi Covid-19, para seniman terkendala memamerkan karya secara langsung. Kini, dalam kondisi kasus pandemi sudah mulai melandai, kesempatan mengapresiasi karya senirupa secara ofline sangatlah memungkinkan. Karena itu, kesempatan ini perlu direspons oleh para seniman untuk memamerkan karyanya.
AA Rai, menyampaikan, berkesenian sudah menjadi keseharian masyarakat Bali. Seni yang dihasilkan para seniman, memiliki makna yang luar biasa. Echo Energy yang diangkat Kelompok Bening sebagai tema dalam pameran kali ini, sangat mengena dalam upaya memantik semangat para seniman untuk selalu bergerak dengan energi atau spiritnya.
Dalam berkarya, AA Rai menekankan pentingnya menampilkan keunikan karya. Tidak hanya warna dan garis menjadi panglima, tetapi keunikan atau ‘’kegilaan’’. ‘’Buatlah karya yang unik dengan teknik, warna, garis dan ide yang ‘gila’. Karena itu diperlukan pencarian dan penggalian terus menerus. Di sinilah diperlukan keberanian,’’ ujar Gung Rai Arma, panggilan akrabnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *