FuramaXclusive Ocean Beach Seminyak bukan hotel biasa. Resort yang terletak di tepi pantai dan eksklusif di sepanjang Pantai Double Six itu berkonsep apartemen, sehingga tamu merasa tinggal di rumah sendiri. Kamar bukan seperti suites pada umumnya. Kitchen, living room, ruang tamu dan tempat tidur benar-benar hobi banget sebagai kegiatan rekreasi untuk menenangkan pikiran. “Tamu yang long stay betah banget tinggal di sini. Kalau ingin ke pantai tinggal menyeberang saja sudah sampai di pantai pasir putih yang kemilau,” kata Director of Sales Putu Juliyanti, Rabu (20/9).
Putu Juliyanti menegaskan, FuramaXclusive Ocean Beach Seminyak bisa menjadi satu-satunya di areal ini yang menawarkan apartemen konsep yang ikonik di Seminyak. Hotel boleh dibilang keren, karena setelah keluar hotel sudah bisa ketemu pantai. Lokasinya juga beberapa meter dari tempat-tempat shopping dan tempat hiburan. “Karena lokasi yang bagus, maka dari pertengahan tahun lalu, pasca open border mendorong recovery yang lebih cepat. Pada Mei 2022, dari sisi tingkat hunian kamar sudah mulai naik, bahkan cukup setabil,” ungkapnya.
Wisatawan asal Australia paling cepat recovery di FuramaXclusive Ocean Beach Seminyak karena mereka menganggap Bali adalah rumah keduanya. Apalagi, resort ini dilengakapi dengan taman bermaian, dan kolam renang. “Saat recovery, paling banyak tamu keluarga yang lumayan didapat. Resort ini paling asyik untuk menghilangkan stress dari kesibukan sehari-hari Tahun ini aja, okupansi lumayan bagus. Semoga tahun depan akupansi juga tetap bagus,” harapnya.
Market Australia mendominasi tinggal di FuramaXclusive Ocean Beach Seminyak. Walau demikian, resort ini juga memiliki market domestik yang lumayan bagus, sehingga saat pendemi Covid-19 kemarin, resort ini gak pernah ditutup. Selama pandemi hotel selalu buka, dan tamu tamu tetap ada, seperti dari Jakarta, Surabaya. Bahkan, wisatawan domestik berada pada nomer dua setelah Australia. Tamu lokal mengisi kekosoangan saat itu. “Setelah domestic, wisatawan India juga sedang lagi booming. Selanjutnya wisatawan asal New Zeland, Singapura, Malaysia dam South Korea,” imbuhnya.
Walau demikian, Julianti mengaku ganjalan yang dihadapi setelah pandemic adalah perang harga. Bahkan, perang harga sangat terasa karena mungkin karena semua berlomba-lomba ingin mengisi dulu. “Perang harga memang ada sejak dulu, tetapi bukan semakin mterasa setelah pandemia. Jujur, sampai pertengan tahun kemarin harga beli tak seperti tahun sebelum pandemic, tetapi secara perlahan sudah menuju ke sana. “Kami berharap tahun depan bisa maksimal,” harapnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *