“Galang” Film Bertema Musik Diputar Beachwalk XXI

“Galang” Film Bertema Musik Diputar Beachwalk XXI

Film bertema musik “Galang” mewarnai ajang BaliMakarya Film Festival 2022. Film yang di sutradarai oleh Adriyanto Dewo itu, diputar di Bioskop Beachwalk XXI, Rabu (19/10) disambut hangat anak-anak muda khususnya pecinta film dan musik. “Kami harap dengan pemutaran Film Galang di Bali dapat menumbuhkan insan film di Pulau Dewata, juga membangkitkan insan musik underground. Bandung dan Bali dikenal memiliki penggemar musik underground,” kata Adriyanto Dewo usai pemutaran film Galang itu.

Sutradara yang pernah meraih Piala Citra ini mengaku, sangat senang karya film “Galang” bisa mengikuti ajang festival film di Bali. Apalagi, festival itu digelar di Pulau Dewata yang memang sangat dinanti-nantikannya sejak lama. Galang karya filmnya bisa tayang di Bali membuat dirinya senang. “Ketika mendenga Bali memiliki festival film, saya langsung ikut. Tamu yang diundang juga secara internasional. Siapa sih yang gak suka ke Bali. Apalagi, berwisata dan bisa menonton film,” ungkapnya.

Pesan yang ingin disampaikan dalam Film Galang itu, sebagai anak muda yang mencintai sesuai itu mesti dikejar. Jangan hanya menyukai permukaannya saja, tetapi perlu megetahui secara kedalaman, seperti Galang yang mencari tahu alasan kakaknya yang menyukai musik underground. “Nah, kalau suka dengan musik underground kuasai sumua itu. Lalu pelajari juga musik dengan genre yang berbeda-beda, sehingga dapat memperkaya diri. Belajar genree musik lain, pasti ada sesuatu yang didapat dari musik itu,” pesannya.

Adriyanto Dewo mengatakan, film “Galang” yang dibuat pata tahun 2021 sesungguhnya belum publis di bioskup-bioskup, tetapi sudah dua kali tayang dalam ajang festival. Sebelumnya, tampil dalam ajang Jakrata Film Week dalam film screening, dan yang kedua tampil di BaliMakarya Film Festival 2022. “Film galang ini akan diputra yang dibarengi dengan konser musik. Tetapi, kami belum tahu di kota mana saja akan diputar. Semoga juga nantinya di putar di Bali,” ucapnya.

Film yang berlatar belakang dari tragedi konser musik di Bandung tahun 2008 yang merenggut korban jiwa, mengisahkan Galang yang sering diajak kakaknya, Maryam, datang ke konser musik “bawah tanah.” Maryam adalah penggemar band bernama Axfiksia. Suatu hari, Maryam meminta Galang untuk menemaninya hadir ke konser Axfiksia. Namun, Galang tak suka dengan jenis musik yang dimainkan Axfiksia. Akhirnya di tengah konser Galang memutuskan pulang lebih dulu. Sesuatu yang buruk terjadi pada Maryam, karena ternyata konser Axfiksia berujung ricuh hingga memakan korban jiwa. Termasuk Maryam.

Peristiwa ini membuat Galang geram. Dia mencoba menelisik lebih dalam ke lingkar pergaulan Axfiksia. Di sana dia bertemu dengan Asmara, manajer Axfiksia. Galang berpura-pura datang sebagai penggemar, hingga akhirnya diterima menjadi kru band Axfiksia. Dari sini Galang mengalami pergulatan, apakah dia akan membalaskan dendam kematian sang kakak? Atau justru menemukan hal lain di balik tragedi malam itu? Skenario film ini ditulis oleh Tumpal Tampubolon, dan Elang El Gibran, pemeran Galang.

BaliMakãrya Film Festival kembali digelar tahun 2022 ini dengan jangkauan secara internasional, yakni regional Asia Tenggara. Sebelumnya pada 2021, penyelenggaraannya terbatas secara nasional, yakni kompetisi film pendek fiksi dan dokumenter. Ajang festival ini akan berlangsung pada 16 – 21 Oktober 2022. “Festival ini bertujuan mengembangkan apresiasi dan juga melahirkan profesional-profesional di bidang film. Pertukaran budaya dengan negara-negara lain dan berjejaring secara profesional,” kata Dewan pengarah sekaligus pendiri dan penggagas BaliMakãrya Film Festival, Tommy F Awuy.

BaliMakãrya juga ingin menjadikan Bali sebagai sentra (hub) atau kiblat yang ideal untuk festival-festival film terpenting khususnya di Asia Tenggara. Sebutan Bali dalam hal ini, bukan saja bermakna sebagai teritori administratif Provinsi Bali dan bukan pula representasi dari suku bangsa Bali, tetapi Bali adalah perwakilan dari satu ‘kesatuan rasa’ berkebangsaan Indonesia dan warga dunia. “Memasuki masa pascapandemi Covid-19, sudah saatnya Bali sebagai satu ‘kesatuan rasa’ mulai melangkah bergerak untuk menghasilkan karya yang laik dipersembahkan untuk kemanusiaan dan lingkungan,” pungkas Tommy. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us