Sekitar tiga minggu lalu, tepatnya 25 Januari 2021, rumah mode Christian Dior merilis beberapa koleksi haute couture (baca: ot kocu) nya di kanal YouTube miliknya. Seperti biasa, Dior tampak tampil elegan, wah serta mewah pada koleksi musim semi serta panasnya tahun ini.
Tidak saja koleksi adi busananya, tetapi juga tampilan videografinya yang berdurasi sekitar 15 menit lebih itu mencuri perhatian. Seorang cenayang tarrot menuntun kita untuk menikmati sekitar 16 koleksi Dior dengan beragam tema yang diusung.
Bagi pengamat, penyuka, penggila mode serta para desainer tentu pagelaran seperti Dior, Chanel, YSL, Hermes dan sebagainya tentu bukan hal yang baru. Biasa saja, namun tentu tetap juga luar biasa untuk kreasi mereka itu. Tentu saja ada kejutan atas desain, gaya serta trend. Sebab Paris merupakan kiblat mode dunia. Apakah catwalk itu menyuguhkan parade haute couture, cruise, avant garde, capsule atau bahkan pret a porter atau busana ready to wear.
Di benak saya, cuma ada bayangan bahwa suatu saat para peragawan serta peragawati itu memakai busana dengan bahan kain tenun endek. Entah untuk koleksi musim semi-panas tahun ini atau tahun depan. Tidak masalah, hanya soal waktu. Ini tentu sejalan dengan Memorandum of Undestanding (MoU) yang sudah diteken Gubernur Bali Wayan Koster dengan Senior Vice President General Counsel Christian Dior, Marie Chamsey, Kamis (11/2) lalu.
Dalam salah satu pasalnya disebutkan bahwa Dior akan menggunakan kain tenun endek sebagai bahan desain koleksinya untuk musim semi-panas 2021. Sekali lagi , cuma masalah waktu kita melihat lenggak lenggok para peragawan serta peragawati di atas catwalk dalam balutan busana kain endek.
Tidak hanya di atas catwalk di Paris, bisa saja saja kita melihat suatu saat para pesohor dunia, bisa dari kalangan artis, first lady, kepala pemerintahan, kepala Negara, selebritis dan beragam profesi lainnya memakai rancangan Dior yang berbahan tenun ikat Endek Bali. Biasa saja kita melihat mereka berjalan dengan anggunnnya di atas karpet merah Festival Film Cannes atau red carpet Academy Award. Why not?
Atau, bisa saja kita menyaksikan mereka tidak hanya dalam hajatan Paris Fashion Week, tetapi juga di Milan Fashion Week, Tokyo Fashion Week, New York Fashion Week, Hongkong Fashion Week dan sebagainya. Atau, tidak hanya Dior saja yang kepincut. Bisa bisa, mudah mudahan rumah mode yang lain juga kesemsem. Seperti Versace, Gucci dan lainnya yang berbais di Milan, Donna Karan atau Ralf Lauren yang berhomebase di New Yok dan lainnya. Tidak hanya endek, songket suatu saat bisa jadi menyusul atau jenis kain tenun lainnya. Juga kain kain tenun khas Nusantara, warisan adiluhung para leluhur.
Ini bukan impossible, ini possible. Bukan mimpi, tetapi mimpi yang sudah jadi kenyataan. Bukan tidak mungkin Bali Fashion Week yang dulu sempat ada, dihidupkan lagi. Saya sempat kontak dengan penggagas Bali fashion Week, Ika Mardiana yang kini bermukim di Hongkong beberapa waktu lalu lewat medsos. Ika Mardiana, sempat menjadi salahs atu motor penggerak Bali Fashion Week pada era 1990-an. Dengan label Ika Butoni, desainer ini sekarang bekiprah di Hongkong. Pun masih banyak fashion designer asal Bali serta Indonesia yang sudah beken dan punya nama di Asia dan bahkan dunia.
Panggung adi busana, haute couture dunia kini sudah ditapaki kain tenun endek Bali. Di tangan desainer kondang, semoga Endek Bali makin nendang!
Bienvenue..!
(Gde Palgunadi)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *