Pelopor Daya Tarik Wisata (dulu Taman Wisata) Tanah Lot, I Gusti Gede Aryadi telah berpulang. Owner Dewi Sinta Hotel dan Restaurant itu meninggal pada Selasa, 15 November 2022, pukul 16.04 Wita karena faktor usia yang cukup sepuh, yakni diusia 86 tahun. Gusti Aryadi meninggalkan 4 putra dan 2 putri, 11 cucu dan 3 kompyang. “Memang terakhir, ajik mengalami gangguan gagal jantung, dimana bilik jantungnya bocor. Ajik dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Bali Medistra,” kata salah satu putranya, I Gusti Bagus Made Damara melalui sambungan telp, Kamis (17/11).
Gusti Damara yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan itu mengatakan, mayat I Gusti Gede Aryadi disemayamkan di Jero Pandak Gede, Kediri, Tabanan. Rencana upacara ngaben dilaksanakan pada 3 Desember 2022 di Desa Adat Pandak Gede. Jenis upacara pengebenan yang akan dilaksanakan “Sawa Wedana” sesuai dengan status I Gusti Gede Aryadi sebagai Pemucuk Pengenter Mangku di Khayangan Jagat Pura Pekendungan, Tanah Lot. “Jenis upacara pengebanan itu juga karena Ajik sebagai penglingsir Puri Pandak Gede,” sebut Managing Director Dewi Sinta Hotel & Restotan ini.
I Gusti Gede Aryadi merupakan pelopor di balik ketenaran Tanah Lot. Hanya berbekal pendidikan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), ia berani mendirikan perusahaan CV Ary Jasa Wisata. Pada tahun 1980, dengan kendaraan CV itu Gusti Aryadi mulai mengembangkan Taman Wisata Tanah Lot yang kini Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot. Kepercayaan itu diberikan oleh, Bupati Tabanan saat itu, Sugianto. Kepercayaa itu diberikan, karena Gusti Aryadi sebagai Ketua Pengemong Pura Tanah Lot dan Pura Pakendungan sejak 1971.
Lelaki kelahiran Tabanan, 2 Januari 1939 ini, awalnya merasa pesimis. Tetapi, setelah mendapat dukungan dari Gubernur Bali Ida Bagus Mantra dan Menteri Pendidikan da kebudayaan (Mendikbud) Fuad Hasan yang sebelumnya sempat mengunjungi Tanah Lot, maka semangatnya mengembangkan taman wisata Tanah Lot bertambah besar kembali. Rasa percaya dirinya muncul, sehingga ia bersemangat menata tempat wisata itu. Mulai saat itu pula, pengunjung mengalir datang ke Tanah Lot, walau saat itu belum ada badan yang mengelola taman wisata secara professional.
Suami I Gusti Ayu Putu Sukada itu, kemudian membuat stage sebagai tempat pertunjukan seni secara regular mulai tahun 1982. Kesenian yang ditampilkan, merupakan kesenian khas Tabanan yaitu Kecak, Tektekan, Legong, Joged dan tari-tarian tradisional lainnya. Penarinya adalah warga Tabanan. Disamping itu, Gusti Aryadi juga menggagas jalan setapak yang ada di areal wisata atau penghubung pura Tanah Lot dengan Pura Pakendungan. Lalu, membuka restoran dan penginapan dengan 14 kamar serta kolam renang sebagai upaya menyediakan fasilitas pengunjung yang lebih lengkap. Faslitas bernama Hotel dan Restaurant Dewi Shinta itu dibangun pada tahun 1984.
Gusti Aryadi asal Banjar Batu Gaing, Desa Beraban, Kediri, Tabanan ini, juga sebagai Kelian (Ketua) Sanggar Tari Guna Wijaya mengalami masa kejayaan tahun 1980-an. Sanggar ini tampil di Ubud. Sambil pentas, ia mengambil ide-ide dari Ubud untuk kemudian dikembangkan di Tanah Lot. Sembari pentas, ia juga mengamati sarana penunjang wisata yang dapat dikembangkan di Tanah Lot. Boleh dibilang, ide penataan Tanah Lot berdasar pengalamannya saat mengantar grup kesenian di berbagai daerah di Bali.
Maka itu, pada tahun 1987, Gusti Aryadi membangun pasar seni di sebelah Dewi Sinta. Saat itu, pengunjung Tanah Lot membludak, sehingga memacetkan ruas jalan menuju Pura. Untuk mengatasi kemacetan itu, pada tahun 1988 atas dukungan Masyarakat Desa Beraban, ia membuka areal parkir seluas 2 hektar, yang kini dipenuhi art shop. Untuk promosi taman wisata Tanah Lot, Gusti Aryadi bekerjasama dengan trevel agent dan menyebar brosur-brosur, sehingga pada tahun 1990 kunjungan wisatawan ke Tanah Lot semakin meningkat.
Pada tahun 2000 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan dan CV Ary Jasa Wisata menyerahkan pengelolaan Tanah Lot kepada masyarakat Beraban. Mereka sepakat mendirikan Badan Operasional sebagai pelaksana kegiatan sehari-hari. Selain tetap bertanggung jawab terhadap kelestarian pura Tanah Lot dan Pura Pakendungan, Gusti Artadi juga ikut mengawasi badan operasional. Saat itu, ia juga duduk dalam kepengurusan badan pengelola Tanah Lot duduk sebagai Ketua II di bawah Wakil Bupati (Ketua I) dan Bupati Tabanan sebagai Ketua Umum.
Mulai tahun 2011, ketika masa Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, perjanjian manajeman pengelola yang sebelumnya 3 pihak dirubah menjadi 2 pihak yaitu Pemerintah Kabupaten Tabanan dan Desa Adat Beraban saja. Sementara Gusti Aryadi yang sejak semua menjadi perintis tidak dilibatkan kembali. Walau demikian, Gusti Aryadi tetap mengabdi dengan menjaga keasrian objek melalui sebagai pengenter di Pura Pekendungan. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *