I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali

I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali

Kisah perjalanan berkesenian I Ketut Maria (Mario) akan semakin lengkap dengan ditulisnya kembali profil Maestro asal Tabanan ini oleh Prof. I Wayan Dibia, SST, MA. Selain mengumpulkan data dari membaca buku-buku yang menulis Mario sebelumnya, budayawan asal Singapadu Gianyar ini juga menggali secara langsung dari orang-orang yang pernah dekat dengan Mario. “Saya masih membutuhkan data tambahan untuk melengkapi isi buku ini,” kata Ptof. Dibia ketika menjadi narasumber pada Fokus Group Discussion (FGD) di Kantor MDA Tabanan, Kamis (5/10).

FGD yang digelar Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Tabanan itu menghadirkan para tokoh di Tabanan, keluarga dan warga desa yang sempat menjadi tempat berkeseniannya. FGD yang dimoderatori oleh Kadek Wahyudita ini, untuk menggali masukan ataupun koreksi terhadap draf buku yang berjudul “I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali”, sehingga ketika buku ini diluncurkan isisnya semakin lengkap. “Saya sangat berbahagia sekali bisa ada dalam kegiatan FGD ini untuk mengkaji perjuangan Mario dalam bidang seni kebyar,” ucap Guru Besar Purnabakti ISI Denpasar ini.

Prof. Dibia mengatakan, Mario merupakan seorang maestro dan sangat tepat disebut pahlawan kerena perjuangannya dalam seni kebyar. Tanpa Mario, gong kebyar tidak akan sepopuler seperti sekarang ini. Seni kebyar adalah sebuah produk budaya modern. Pada tahun 1915, awal gong kebyar tak seperti sekarang. Hanya saja sudah berbentuk konsep, namun gamelan itu sudah biasa dipakai untuk memainkan gending atau mengiringi tari. “Mario memiliki pengalaman hidup selama 71 tahun, tetapi kisahnya agak berliku, sehingga menarik untuk ditulis,” papar pelaku dan pemerhati seni Bali ini.

Pria yang kini aktif menulis puisi itu memulai kisah orang tua Mario yang berasal dari Banjar Angkan Klungkung. Ketika musim paceklik, keluarga ini kemudian pindah ke daerah Denpasar. Di kota Provinsi Bali ini Mario sudah mengenal Tari Gandrung. Namun karena merasa beban hidup semakin besar serta situasi politik, Mario kemudian merantau sampai ke daerah Tabanan. Awalnya, membantu pedagang Cina di Desa Tunjuk, lalu memarekan (menjadi abdi) di Puri Tabanan. Di puri, Mario kemudian mengenal seni kebyar hingga mencipta tari-tari kekebyaran.

Mario hidup yang seorang buta hurup, namun memiliki kecerdasan dan banyak akal. Ia tak pernah ragu dan selalu percaya diri, sehingga pekerjaan sebagai seorang pengantar surat dapat dijalani dengan baik. Tari kebyar Terompong, Kebyar Duduk dan Tari Oleg Tamulilingan merupakan tiga tarian hasil ciptaannya yang sangat monumental. Mario juga sering didupuk menjadi duta seni ke berbagai negara di dunia. “Sekali lagi, saya membutuhkan masukan dari peserta FGD untuk melengkapi isi buku ini. Buku ini rencananya akan diluncurkan pada peringatan Ulang Tahun Kota Tabanan, November 2023 ini,” tegas Prof. Dibia.

Kepala Disbud, Tabanan I Made Yudiana mengatakan, FGD ini sangat penting mengingat karya-katya Ketut Mario sangat terkenal dari dulu hingga digandrungi anak-anak muda saat ini. Sebut saja, Tari Terompong dan Oleg Tamulilingan yang banyak ditarikan anak-anak muda dalam sebuah acara atau event. Ide kreatif Mario perlu dilestarikan dan turunkan kepada para generasi muda di Tabanan untuk menumbuhkan rasa memiliki dan bangga di tanah kelahiran. “FGD ini selaras dengan visi pembangunan Kabupaten Tabanan 2021-2026, yakni Nangun Sat Kertih Loka Bali melalui pola pembangunan semesta berencana Kabupaten Tabanan menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul, Madani (AUM),” ungkapnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us