Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu berpartisipasinya dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 tahun ini. Tim kesenian ini membawakan beberapa kesenian khas daerahnya yang tampil di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Selasa (14/6). “Kami tampil pertama kali di ajang PKB ini. Pentas dalam ajang bergengsi ini, kami berharap kesenian Indramayu bisa makin dikenal lebih luas oleh masyarakat di luar Indramayu,” kata,” koordinator pagelaran, Dedy S Musashi.
Tim ini, sebelumnya pernah pentas menampilkan kesenian Indramayu di Nusa Dua Festival pada tahun 2002 silam. “Sekarang, kesenian Indramayu kembali bisa ditampilkan di Pulau Dewata, bahkan di ajang besar seperti PKB. Ini merupakan keinginan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu di bawah kepemimpinan Bupati Nina Agustina agar kesenian Indramayu bisa dinikmati masyarakat luar daerah,” ucapnya.
Dedy S Musashi mengatakan, Bupati Nina Agustina memang suka seni dan budaya. Event-event apapun yang ada di luar Indramayu, pasti berusaha diikuti. “Seperti terakhir kali di Kendari kami tampil bawakan kesenian Berokan. Dengan tampil di PKB ini, kami ingin agar kesenian Indramayu juga bisa dinikmati oleh masyarakat Bali, dan dikenal oleh masyarakat lainya di luar Indramayu,” ungkap serius.
Tampil di PKB kali ini, ada empat kesenian khas Indramayu yang ditampilkan dengan melibatkan sebanyak 86 seniman yang berasal dari berbagai sanggar di Indramayu. Setelah melakukan persiapan dua bulan lamanya, Tim kesenian ini menampilkan kesenian antara lain Tari Topeng Mimi Rasinah, khususnya Topeng Kelana. “Sosok Mimi Rasinah ini merupakan maestro topeng asal Indramayu yang sudah melanglangbuana ke mancanegara. Topeng ini menceritakan kebaikan dan keburukan,” ungkapnya.
Berikutnya, menyajikan kesenian Rudat yang berasal dari Desa Krasak, Indramayu. Kesenian ini merupakan kesenian bernuansa Islami dengan didominasi gerakan pencak silat di dalamnya. Konon, Rudat pada awalnya berkembang di pesantren-pesantren seiring dengan perkembangan seni Brai. “Sama halnya dengan kesenian dari Aceh, Tari Saman, itu menceritakan tentang masuknya agama Islam di Indramayu. Banyak sekali pesan-pesan di sana, bahwa segala sesuatunya itu selalu ingat tentang Tuhan Yang Maha Esa,” terang Dedy.
Selanjutnya kesenian Sintren yang ditampilkan. Sintren ini perpaduan antara unsur magis dan seni tradisional yang mengandung banyak filosofi. Kesenian ini berkembang di masyarakat pesisir terutama di pantai utara Jawa Barat. Kesenian ini diiringi alat musik yang sangat khas berupa buyung, kendi, dan batang bambu. “Di kesenian ini nanti akan ada seorang putri yang awalnya berpakaian biasa, tetapi ketika masuk kurungan dia akan berubah, berpakaian seperti bidadari,” jelasnya.
Penampilan berikutnya, Kesenian Berokan yang merupakan kesenian serupa Barong. Namun, di Indramayu, Berokan tak sekedar sebagai hiburan, namun juga memiliki fungsi lain yakni untuk pengobatan. “Kalau di Indramayu, berokan sebagai pengobatan. Misalkan ada yang sakit, kalau ditampilkan kesenian ini, Insya Allah akan sembuh,” sebut Dedy. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *