Ini 8 Hotel di Kawasan The Nusa Dua yang Masuk Daftar Sambut Kedatangan Delegasi KTT G20

Ini 8 Hotel di Kawasan The Nusa Dua yang Masuk Daftar Sambut Kedatangan Delegasi KTT G20

Sebanyak Hotel tersebut adalah The Laguna a Luxury Collection Resort & Spa Nusa Dua Bali, Grand Hyatt Bali, TheSt.Regis Bali Resort, Melia Bali, Merusaka Nusa Dua, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, dan Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali. KTT G20 akan berlangsung di Bali,15-16 November 2022 mendatang

Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sebagai pengelola kawasan The Nusa Dua sudah sangat siap menjadi bagian dari penyelenggaraan KTT G20 dan side event-nya. “Selain 8 hotel yang telah dipilih sebagai akomodasi kepala negara serta delegasi, beberapa side event juga akan dilaksanakan di beberapa tenant kami yang saat ini tengah bersiap agar…
[11.42, 7/11/2022] Budarsana: “Kerta Masa” dalam Wujud Kesenian Inovatif

Apa petani di Bali masih mengenal konsep “kerta masa”? Yang jelas, konsep adiluhung merupakan warisan leluhur Bali tempo dulu diingatkan kembali melalui pertunjukan seni yang kreatif. Para seniman muda sebagai pendukungnya, menyajikan berbagai kesenian yang lahir dari sistem agraris (pertanian) di Bali. Kreativitas seninya tinggi, sehingga sajian ini menjadi moment untuk mengajak para petani kembali menerapkan “Kerta masa” untuk menciptakan ekosistim alam yang baik serta masyarakat petani sejahtera.

Begitulah Yayasan Penggak Men Mersi mengedukasi masyarakat terkait dengan konsep “kerta masa” melalai sajian keseniah agraris yang disuguhkan dalam ajang festival pertanian, di Lapangan Timur Renon, Denpasar, Jumat (4/11) malam. Penggak men Mersi yang berkolaborasi dengan kelompok seni, sanggar komunitas di Bali ini menampilkan berbagai jenis kesenian rakyat agraris seperti Jegog, Rindik, Okokan, dan Gong Suling, dikemas sedemikian rupa untuk menerjemahkan gagasan kerta masa.

Garapan seni yang menarik ini melibatkan kurang lebih 75 orang, berdurasi 90 menit , menghadirkan Sanggar Gumiart, Sekaa Gong Suling Gita Semara, Sekaa Okokan Sanggar Seni Kebo Iwa, Haridwipa Gamelan dan Sekaa Jegog dan Rindik Gora Yowana Jembrana.
“Kerta masa, sebuah istilah dalam kehidupan social masyarakat Bali agraris (pertanian). Kerta masa merupakan sebuah kondisi dimana masyarakat hidup teratur, makmur dengan pangan yang berlimpah, dan bahagia dalam balutan seni dan keindahan,” kata koordinator pertunjukan Kadek Wahyudita.

Garapan seni yang mengimplentasikan pertanian, dimana sector agraris inilah yang menjadi sumber pangan yang menghidupi masyarakat Bali. Pertanian adalah ibu dari kebudayaan masyarakat Bali. Pertanian melahirkan tata cara yang menjadi lelaku masyarakat Bali untuk senantiasa hidup harmonis bersama alam. Berkah kesuburan alam dan hasil panen yang berlimpah melahirkan wujud syukur yang diekspresikan dengan puspa ragam keindahan dalam bentuk seni musik dan tari. “Inilah Kerta Masa, sebuah nilai adi luhung yang hingga kini eksis dalam kehidupan sosial masyarakat Bali. Kerta ikang Jagad, Rahayu ikang Rat,’ ucap Kadek Wahyu yang juga kelian Penggak Men Mersi itu.

Garapan ini merupakan aktualisasi agraris mengantarkan pada sentuhan pertanian menjadi esensi bermakna ganda. Realita pertanian nyata berbentur modernisasi dan interpretasi manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam serta manusia dengan manusia menjadi sisi, gelap dan terang. “Kenyataan kesejahtaraan menuju pangan jasmani rohani seimbang di era globalisasi menjadi pesan musik teatrikal pelestarian pertanian ini,” imbuhnya.

Garapan tari energik, inovatif dan menghibur oleh Sanggar Gumiart diiringi gamelan Gong Suling “Ngapat’. Ngapat merupakan sebuah karya yang terinspirasi dari sasih kapat (musim semi) dimana bunga-bunga sedang bermekaran. Pada musim inilah para seniman dan pujangga mendekatkan diri pada alam untuk melahirkan karya seni yang bermutu. “Ngapat dalam konteks karya ini menggambarkan keceriaan masyarakat agraris menikmati keindahan alam dan melimpahnya anugrah hasil pertanian,” kata Wawan GumiArt.

Pada bagian berikutnya kesenian Okokan dan tektekan adalah wujud kesenian khas kabupaten Tabanan. Kesenian ini awalnya termasuk ke dalam kesenian sakral yang dipentaskan saat pertanian mengalami gagal panen atau pertanian diserang oleh hama. Kesenian ini dipentaskan untuk memohon kehadapan ibu pertiwi agar segala musibah dan penyakit yang yang melanda pertanian dilenyapkan. Sebagai sajian pamungkas pengunjung dimanjakan sajian kesenian Jegog yang membawakan tari “Luihing Paksi”dan tari joged. Tari Luihing Paksi, sebuah tari kreasi yang menggambarkan tentang tari jalak Bali sebagai ikon Bali Barat yang ditarikan oleh tiga orang gadis dengan iringan gamelan Jegog. Tari joged tak kalah serunya, dua penari tampil sekaligus menghibur penonton dengan menari di atas panggung. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us