Jaga Kelestarian Budaya, Taman Penasar Edukasi Generasi Muda

Jaga Kelestarian Budaya, Taman Penasar Edukasi Generasi Muda

Tampil menarik dan mengedukasi. Taman Penasar Widya Sabha, Kecamatan Denpasar Selatan yang didukung Sanggar Tabuh Sidakarya, menjadi peserta yang mengawali ajang Wimbakara (lomba) Taman Penasar dalam rangkaian PKB ke-44 yang digelar di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Senin (13.6). Taman Penasar Widya Sabha yang melibatkan 30 seniman dari kalangan remaja itu membawakan sajian berjudul “Renon”. Mereka tak hanya tampil dengan baik, tetapi lewat tembang dan kata-kata juga menyelipkan pesan untuk menjaga kelestarian budaya Bali.

Taman Penasar dengan sajian geguritan yang dikemas apik, disertai dengan dramatisasi yang menambah hidup suasana pementasan tersebut harus mengacu pada tema pelaksanaan PKB ke-44 yakni Danu Kerthi: Huluning Amreta, Memuliakan Air Sumber Kehidupan. Selain isi Taman Penasar harus mengacu pada tema, untuk kriteria penilaian juga harus ada penembang dan ada pengrawit. “Untuk isi, merupakan pembedahan tema induk. Yang jelas gramatikal, retorika, dinamika dan tata bahasa menjadi acuan untuk penilaian,” ujar salah satu dewan juri I Gede Anom Ranuara.

Pihaknya mengapresiasi penampilan Taman Penasar Widya Sabha dengan garapannya yang sudah sesuai dengan tema pelaksanaan PKB ke-44. Tetapi dia juga memberi catatan untuk lebih menyempurnakan, diantaranya agar lebih ditingkatkan dari sisi koneksi tabuh dan penembang, serta penyaji dan penonton agar lebih komunikatif. “Kami sengaja membatasi umur peserta Taman Penasar maksimal 26 tahun, untuk memonitoring anak-anak muda kita, mau tidak menekuni kesenian Taman Penasar?” katanya.

Koordinator Taman Penasar Widya Sabha, Kota Denpasar, I Made Langgeng Buwana menyampaikan, pemuda-pemudi yang tampil itu telah melakukan proses latihan selama tiga bulan. “Karena mereka kebanyakan itu sedang kuliah dan sudah bekerja, sehingga untuk proses latihan seringkali dilakukan di atas pukul 22.00 Wita. Proses latihan tidak menemui kendala yang berarti karena yang dilibatkan merupakan pemuda-pemudi yang sebelumnya sudah tahu soal tembang dan tabuh,” bebernya.

Pihaknya pun berharap pemerintah daerah dapat rutin menggelar ajang lomba Taman Penasar sehingga regenerasi terhadap kesenian tersebut dapat terus berlanjut. Mengenai sajian berjudul “Renon” itu, ujar Langgeng, diambil dari kata “ranu” yang berarti tempat air. Tempat air yang dimaksud adalah danau (untuk ukuran besar) dan bulakan dalam kapasitas yang kecil. Keduanya itu menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan dan manusia,” ucapnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us