“Kadaut” Pameran Tunggal A.A Ngurah Paramartha di Santrian Gallery Sanur

“Kadaut” Pameran Tunggal A.A Ngurah Paramartha di Santrian Gallery Sanur

Setelah memajang karya-karya Maestro Nyoman Gunarsa, kini Santrian Gallery Sanur memamerkan karya-karya menarik perupa A.A Ngurah Paramartha. Pameran tunggal bertajuk “Kadaut” ini menyajikan 15 karya lukisan diatas kanvas dan sebanyak 3 karya patung berbahan fiberglass dan plat logam. Menariknya, karya-karya lukisan dengan berbagai ukuran itu lebih banyak mengangkat wayang, baik dari epos Ramayana dan Mahaberata. Pameran dibuka Popo Danes, Jumat (7/4) dan berlangsung hingga 31 Mei 2023.

Dalam pemeran tunggal kali ketiga ini, Ngurah Paramartha menyajikan karya lukisan wayang bergaya figuratif naratif. Dalam dunia yang serba cepat ini, sangat perlu menghadirkan wayang-wayang ini untuk mengingatkan generasi muda, kalau mereka memiliki budaya yang sangat unik dan harus dilestarikan. “Tema pewayangan sudah ada sejak jaman dulu, sekarang kita pelajari dan teruskan dan lestarikan, agar jangan melenceng dari nilai-nilai yang terkandung dalam wayang itu,” harap pemilik gallery di Jl Trengguli, Tembau, Denpasar ini.

Judul pameran ini, yakni Kadaut yang berarti ketertarikan atau keterpikatan. Pameran ini diharapkan tidak hanya menghadirkan pengalaman empirik Ngurah dalam melukis yang begitu Kadaut dengan warna, namun setiap karya yang dihadirkan Ngurah mampu menghadirkan perasaan Kadaut bagi publik yang mengapresiasi karyanya.

Bagi Ngurah Paramartha, melukis adalah aktivitas empiris. Dalam kerja melukis, segenap pengalaman indrawi dan ragawi yang dieksplorasi secara terus menerus yang menghadirkan nilai artistik. Pengalaman-pengalaman dalam mencari dan menemukan nilai artistik tersebut terakumulasi menjadi struktur bahasa visual dari seorang pelukis. Karya ini, merupakan hasil dari pengalaman-pengalaman menubuh dalam fenomena artistik yang terhampar pada selembar kanvas dan pada selembar plat fiber glass serta plat logam sebagai medium karyanya.

Dalam beberapa karyanya, seperti dalam karya yang berjudul “Facing The Goddes Of Furtune” menggambarkan sosok Dewi Sita dan Rahwana. Atau kisah kepahlawanan dan pengorbanan Bisma dalam epos Mahabarata Ngurah Gambarkan dalam karya yang berjudul “The End Of A Service” pada dua karya ini seakan diajak melihat interpretasi atas ikonografi wayang yang secara tradisional memiliki struktur ikonografi atau kerap kali disebut sebagai pakem dikembangkan dan dipadukan dengan gaya visual naifis dan hamparan warna-warna yang saling bertumpang tindih pada karyanya.

Karya dengan medium fiber glass dan plat logam juga sangat menarik. Tak seperti karya lukisan diatas kanvasnya yang cenderung naratif dengan pilihan medium ini lebih banyak menampilkan objek tunggal, serupa wayang dengan potongan-potongan di tiap figurnya. Karya-karya ini lebih terbaca sebagai representasi tentang aspek ke-diri-an Ngurah Paramartha sebagai personal. Misal tampak dari dua karya bermaterialkan plat logam yang berjudul “It’s Me” dan “I Don’t Care” yang menggambarkan figure lelaki yang secara gestural sedang berdecak pinggang pada karya “It’s Me” dan lelaki dalam gesture sedang menutup telinga pada karya “I Don’t Care”. Karya ini menunjukkan daya jelajah dan eksperimen material dan medium yang coba Ngurah hadirkan selain seni lukis. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us