Kapan Pariwisata Bali Dibuka? Ini Beberapa Syaratnya

Kapan Pariwisata Bali Dibuka? Ini Beberapa Syaratnya

Di Provinsi Bali, jumlah wilayah zona merah atau bersiko tinggi penyebaran Covid-19 bertambah lagi. Saat ini, ada 5 kabupaten/kota yang berstatus sebagai zona merah, yaitu Tabanan, Badung, Denpasar, Singaraja dan Gianyar. Dengan status zona merah Bali yang terus bertambah lantas, bagaimana nasib wacana pemerintah untuk membuka border pariwisata di Airport Bali pada Juni dan Juli? “Kami berharap border internasional itu tetap dibuka, tentu dengan syarat penerapan protokol kesehatan secara ketat di semua leading sector,” kata Ketua Bali Villa Association Badung, Putu Gede Hendrawan, Senin (19/4).

Hendrawan mengatakan, ketika pemerintah mewacakanan akan membuka border pariwisata pada Juni-Juli 2021 itu merupakan berita yang sangat mengembirakan bagi kalangan sektor pariwisata. Hal ini memang ditunggu-tunggu dan dinantikan agar pariwisata di Provinsi Bali kembali normal. Sebab, masyarakat Bali ketergantungan dengan sektor parwisata, yang kini keberadaannya luluhlantak akibat pandemi yang telah berlangsung lebih dari setahun. “Pembukaan bording di Bali ini perlu, namun ada beberapa hal yang perlu dipikirkan,” ucap General Manager Ziva a Boutique Villa ini serius.

Pertama, kesiapan kembali Bali untuk menerima kunjungan wisata khususnya Wisatawan Mancanegara (Wisman) untuk masuk ke Bali ini. Sebab, tematik yang sangat tinggi dirasakan oleh masyarakat dunia, bagaimana meyakinkan para wisatawan ini masuk ke Bali aman. Kedua, wisman yang datang ke Bali ini memang benar-benar ingin mendapatkan aura Bali itu sendiri. Tidak terjadi sebuah perubahan, pergeseran dan perubahan lainnya. “Karena selama setahun pandemi ini berlangsung, banyak hal yang terjadi, seperti pergeseran budaya, atau melemahnya kegiatan budaya dan tradisi karena harus mengikuti aturan dan himbauan untuk menghindari untuk sebuah kerumunan,” ungkapnya.

Pariwisata Bali adalah pariwisata budaya, sedangkan kegiatan budaya di Bali ini tidak terlepas dari pada kegiatan kelompok masyaralat secara bersama-sama atau gotong royong, sehingga melibatkan kerumunan. “Ini yang perlu dipikirkan kedepannya, apa yang harus kita lakukan agar wisatawan tetap bisa merasakan taksu Bali itu sendiri, dan kembali merasakan memang benar mereka berada di Bali. Itu memang perlu dipikirkan, agar tidak terkesan datang ke Bali mereka tidak melihat apa-apa atau mereka melihat sebuah perbedaan sebuah pergeseran budaya dan tradisi. Dulu mereka merasakan taksu itu, tetapi kini sudah hilang. Ini yang perlu dipikirkan,” beber pria yang aktif dalam kegiatan budaya ini.

Di sektor pariwisata, pelaku pariwisata khususnya di akomodasi mesti mempersiapkan diri dalam memberikan pelayanan, fasilitas yang memadai dan memuaskan untuk wisatawan yang kemungkinan akan datang di Juni-Juli atau setelah border itu dibuka. “Selama satu tahun pandemi berlangsung banyak kawan kita di akomodasi, baik villa, hotel, dan akomodasi lainnya yang shutdown bahkan banyak yang sudah closing, dan ada yang sudah mem-PHK dan merumahkan karyawannya. Jadi banyak faslitas akomodasi tersebut yang mungkin sudah tidak layak dan ter-maintain dengan baik, dan bagaiman konsep pelayanan yang dulunya Bali menjadi of the best tourism in the word. Ini yang perlu kita pertimbangkan pikirkan kedepannya. Apakah kurun waktu 2 bulan kedepan ini kita bisa mempersiapkan diri untuk hal itu. Hal-hal detail seperti itu perlu dipikirkah selain memberikan vaksinasi kepada seluruh masyarakat yang ada,” tutupnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us