“Karma Ening” dari Teater Angin Soal Pentingnya Air

“Karma Ening” dari  Teater Angin Soal  Pentingnya Air

Teater Angin SMAN 1 Denpasar menampilkan Sesolahan (Apresiasi Sastra) berjudul “Karma Ening” dalam perhelatan Bulan Bahasa Bali IV di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (26/2). Garapan berdurasi sekitar 50 menit itu mengingatkan pentingnya menghargai dan menjaga air sebagai sumber kehidupan. Penampilan teater menjadi lebih menarik, karena menggunakan bahasa Bali. Sesolahan teater yang didukung sekitar 25 pemain itu menjadi pamungkas rangkaian Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022.

Karma Ening adalah suatu cerita mengenai akibat dari perbuatan manusia kepada alam di sekitarnya. Cerita ini mengajarkan betapa pentingnya air dalam kehidupan kita dan bagaimana alam memiliki relasi yang kuat dengan perbuatan manusia Di dalam kehidupan, air adalah salah satu elemen terpenting. Sebagai manusia, kita bergantung kepada air untuk bertahan hidup. Maka dari itu, menghargai dan menjaga air sebagai tanda terima kasih kepada sang penguasa sangatlah penting.

Ketua Umum Teater Angin, AA Ngurah Raja Inggas mengatakan, jika manusia tidak memanfaatkan dan menjaga air dengan baik, maka akan muncullah suatu akibat. “Maka itu dalam garapan diceritakan bahwa ada yang tidak percaya dengan adanya Dewi Danu sebagai penjaga air. Akibatnya, mereka kena karma berupa gagal panen dan terserang penyakit akibat kekurangan air,” katanya.

Untuk menyajikan garapan berbahasa Bali, diakui butuh latihan yang mendasar terkait dialog yang sepenuhnya menggunakan bahasa Bali. Itu karena para pemainnya memang tidak begitu berbahasa Bali. Alhasil waktu latihan cukup banyak digunakan untuk melatih para pemain untuk berdialog Bahasa Bali. Namun, mereka mampu tampil semaksimal mungkin di atas panggung.

Menurutnya, teater ini cukup lama menggarap naskah, yakni dari awal Januari. Para pemain memang kurang bisa berbahasa Bali, karena terbiasa berbahasa Indonesia di rumah. “Makanya, dari awal kita ngajari untuk berbahasa Bali. Saat latihan juga pakai bahasa Bali supaya terbiasa. Lumayan prosesnya,” tutur siswa kelas XI MIPA 3 ini seraya menyebut para pemain kebanyakan siswa baru kelas X.

Kurator Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022, Gede Nala Antara mengapresiasi penampilan garapan Teater Angin. Kemampuan mereka berdialog di atas sekaligus menjawab bahwa remaja masa kini tak melupakan bahasa Bali. Akan tetapi memang ada beberapa catatan terkait penampilan tesater ini. “Seperti kekuatan vokal dan pematangan dialog berbahasa Bali masih perlu ditingkatkan,” ucapnya.

Menurut Nala Antara, dialognya perlu dikuatkan. Begitu juga bahasa dan kekuatan vokal mereka untuk mengucapkan Bahasa Bali agar tidak terkesan menghafal. “Ada intonasi setiap mengucapkan. Tapi secara umum, untuk tingkat remaja, penguasaan panggung mereka lumayan, dan sudah bisa menggambarkan tema Gitaning Toya Ning itu,” ujarnya memberi apresiasi. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us