Pernah mendengar Kapal Dewa Ruci? Kapal itu adalah salah satu dari berbagai kapal yang digunakan oleh para tamu Hotel Tugu Lombok untuk menikmati pemandangan matahari terbit yang menakjubkan. Menikati pemandangan dari Kapal Dewa Ruci ini memang mempesona, disamping berbagai pengalaman dan aktivitas lainnya seperti snorkeling dan wisata pulau. Semuanya ditemani oleh tim Hotel Tugu Lombok yang berpengalaman dan profesional.
Nah, inilah Dewa Rucikan yang mengisahkan Bima, saudara kedua dari limba bersaudara, Pandawa, memiliki seorang guru bernama Resi Drona. Sang guru memerintahkan Bima untuk mencari air kehidupan (tirta perwita) yang akan membuat Bima mencapai kesempurnaan hidup. Perintah ini sesungguhnya hanyalah siasat untuk melenyapkan Bima supaya tidak turut berperang dalam Perang Baratayuda yang kala itu sedang dipersiapkan. Bima yang memiliki jiwa seorang murid, tanpa bertanya langsung menjalankan titah sang guru. Ia berangkat menuju tempat-tempat berbahaya.
Pertama, ia diutus ke gua gunung Candramuka. Disana ia bertemu dua raksasa yang tinggal di sana, yaitu Rukmuka dan Rukmakala. Kemudian terjadi perkelahian dan kedua raksaksa tersebut kalah, tetapi Bima tak juga dapat menemukan air kehidupan. Ia pasrah dan bersandar pada sebuah pohon beringin. Lalu, ia mendengar suara tak berwujud, “Wahai cucuku yang sedang bersedih, engkau mencari sesuatu yang tidak ada di sini. Mustahil mencari air kehidupan di sini”. Suara itu berasal dari Batara Indra yang kemudian memberitahu Bima bahwa dua raksasa yang ia bunuh, ternyata memang sedang dihukum Batara Guru. Lalu dikatakan juga agar untuk mencari air kehidupan, Bima diperintahkan agar kembali ke Astina.
Setelah ia kembali ke Astina, ia menemui gurunya kembali, Resi Drona. Bukannya mengakui kesalahan, Resi Drona berdalih hanya menguji Bima. Ia pun memerintahkan Bima untuk menuju Samudra demi mendapatkan air kehidupan. Semua kerabat Bima melarang dan memperingatkan, bahwa semua itu hanyalah jebakan saja. Bima tetap teguh dan bertekad pergi demi melaksanakan titah sang guru. Bahkan, jika ia harus menemui kemalangan pun ia siap, sebab ia sendiri memiliki keyakinan, bahwa apa yang dilakukannya adalah darma, dan semua ada yang mengaturnya
Sesampai di tepi laut, ia merasa takut dan ragu jika ia sanggup memasuki samudra raya itu. Dengan kesaktian aji Jalasegara yang ia dapatkan dari Batara Bayu pada perjalanan sebelumnya, ia memasuki dasar laut dengan menyibak air, bahkan sanggup bernafas di dalam air. Alkisah di dalam laut tersebut hidup seorang naga. Bima mampu mengalahkanya dengan menikamkan kukunya. Kuku Pancanaka.
Setelah naga tersebut mati, Bima bertemu dengan seorang Dewa kerdil, bernama Dewa Ruci yang wajahnya menyerupai Bima sendiri. Besar dari Dewa Ruci tidak lebih besar dibanding telapak tangan Bima. Dewa Ruci memerintahkan Bima untuk memasuki telinga kirinya, sebuah perintah yang mustahil. Namun, dengan sebuah keajaiban, Bima berhasil masuk dan di dalamnya Bima mendapati dunia yang maha luas. Dewa Ruci mengatakan, air kehidupan tidak ada di mana-mana, sebab air kehidupan berada di dalam diri manusia itu sendiri.
Bima memahami wejangan Dewa Ruci yang sesungguhnya adalah representasi dirinya sendiri, yang muncul dan memberi pengajaran kepadanya karena ia telah mematuhi segenap perintah gurunya (Drona) dengan sepenuh hati.
Terinspirasi dari kisah Dewa Ruci sang penguasa lautan, sosok yang memberikan jalan kepada Bima berjalan ke tujuan akhir untuk mengalahkan dirinya sendiri. Nama ini kemudian dipilih sebagai nama salah satu kapal megah di Hotel Tugu Lombok -Kapal Dewa Ruci.
Kapal Dewa Ruci adalah salah satu dari berbagai kapal yang digunakan oleh para tamu Hotel Tugu Lombok itu. Untuk informasi lebih lanjut mengenai aktivitas dan ragam pengalaman dengan Kapal Dewa Ruci di Hotel Tugu Lombok bisa dapat langsung menuju website Tugu Hotels & Restaurants di tuguhotels.com atau dapat langsung menghubungi lombok@tuguhotels.com. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *