Jika memiliki waktu, coba saja kunjungi Pameran Seni Visual bertajuk “Kissing The Poetry” di Santrian Gallery Sanur. Pameran tunggal itu menampilkan karya-karya seorang perupa kelahiran Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Mantra Ardhana. Uniknya, setiap karya itu menyajikan pesan akan problematika keseimbangan hidup manusia. Lukisan, instalasi, maupun karya-karya digital berbasis pada konsep sekala-niskala, sehingga membuat rasa penasaran. Pameran ini digelarselama satu bulan lebih dari tanggal 9 Juni – 31 Juli 2023.
Sedikitnya ada sebanyak 27 karya yang dipamerkan, terdiri dari, oil color on canvas, watercolor on paper, dan new media. Semua karya tersebut merupakan karya terbaru, yang diproduksi oleh Mantra Ardhana di tahun 2023 ini. Dalam pameran itu, Mantra tampak memperlakukan aneka ragam medium sebagai perangkat (tools) sekaligus bahan material guna perluasan ekspresi dari gagasan. Oleh karena itu, praktik seni lintas mediumnya juga mewujud pada karya digital art, sound art, song album, music score (film, tari, teater), media art performance dan new media art disamping lukisan.
Mantra Ardhana adalah seorang seniman visual, lahir 22 Agustus 1971 yang menyelesaikan studi kesarjanaannya tahun 1999 di Fakultas Seni Rupa Seni Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta. Dalam penciptaan karya, Mantra tak terbatas pada medium konvensional (seni lukis), namun riset dan eksperimentasinya menyasar ke rana musik, elektronika, teknologi digital (audio, visual, video) beserta internet hingga yang termutakhir, yaitu Artificial Intelligence (AI).
Bagi seniman seperti Mantra Ardhana, teknologi digital dan internet sebagai perangkat (tools) guna memproduksi karya seni visual bukanlah hal baru. Di sela-sela praktik analognya, di tahun 2000 ia membeli komputer dan digunakannya untuk eksperimen serta eksplorasi, yang hasilnya berupa imaji(gambar) digital, cetak di atas kanvas(print on canvas) dengan sentuhan analog(retouch), maupun video art yang terpadu dengan elektronic music. “Pameran ini merupakan gelaran karya saya, baik pameran tunggal, bersama, maupun art performance- yang ke- 50,” ungkapnya di Santrian Gallery Sanur, Kamis (8/6/2023).
Internet bukan hanya berfungsi sebagai media distribusi karya-karya digital tersebut, namun capaian termutakhir dari teknologi informasi yaitu; Artificial Intelligence (AI), juga dimanfaatkan oleh Mantra. Ini terwujud pada satu karya new media yang disajikan dalam pameran dengan judul “The Brayut”. Karya ini terinspirasi oleh cerita klasik masyarakat Bali tentang kegigihan seorang ibu bernama Men Brayut, yang melahirkan 18 anak hingga membesarkannya. Atas keteguhan, ketabahan dan kesucian hatinya, masyarakat Bali menjadikan Men Brayut sebagai ikon kebajikan dan kebijaksanaan.
Mantra mempresentasikan THE BRAYUT dalam bentuk trilogi, yang materinya dibangun dari olahan digital serta AI kemudian dipersinggungkan dengan prinsip grafika dan rangkaian elektronik. Karya ini pada dasarnya berupa gambar diam (still image), namun atas saling silang medium dan disiplin ilmu tersebut terciptalah ilusi yang menggerakkan(kinetic), serta memperdalam dimensi hingga nampak bervolume (3D).
Mantra Ardhana berharap dengan pameran ini masyarakat atau publik bisa melihat karya- karyanya serta mengalaminya secara fisik, setelah dirinya vakum selama 4 tahun dengan presentasi karya secara virtual. “Saya berharap karya ini bisa menjadi media dialog tentang warisan masa lampau, yaitu nilai serta filosofi dari sosok Men Brayut, khususnya untuk generasi muda masa kini yang hidup dalam peradaban dengan percepatan dan kecanggihan teknologi informasi,” harap Mantra.
Kissing The Poetry sebagai pengenalan, pemahaman, dan penanda terhadap “ketidaktahuan” manusia tentang banyak hal yang kerap beroposisi. Adalah sains-mitologi, spiritualitas-profanitas, seen-unseen, fisikal-virtual, nyata-maya, hitam-putih dan berbagai kenyataan yang saling bertentangan lainnya itu ibarat teks yang berkelindan di setiap individu. Tak bisa dihindari, tak mudah untuk memutuskan dan memilihnya. “Uniknya, oposisi tersebut saling dan selalu dibutuhkan oleh manusia,” kata Miekke Susanto yang mengulas pameran Mantra Ardhana. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *