Bali menjadi pusat penyelenggaraan The 27th Asia and Oceania Federation Of Obstetrics and Gynecology (AOFOG) Congress yang membahas isu tentang kesehatan wanita di antara kawasan Asia Oseania. Kongres yang melibatkan 1189 peserta dari 24 negara itu berlangsung Grand Hyatt Bali, Nusa Dua, Kabupaten Badung pada 23-26 Mei 2022. “Digelar di Bali, Why not? Semua orang tahu keindahannya, Bali tempat internasional yang sudah sangat siap menjamu tamu dari berbagai negara dengan jumlah yang sangat banyak. Menggelar Kongres AOFOG di Bali gaungnya akan lebih besar, mendunia,” kata Dr. Rohana Haththotuwa sebagai Secretary General AOFOG, Selasa (24/5).
Bali sudah sangat terkenal keramah-tamahannya dan menawarkan aura positif. Seluruh peserta menyambut kongres di Bali ini, sehingga setelah mendapatkan undangan untuk kongres di Bali, pesertanya lebih banyak yang ikut. Mereka dapat rekreasi sambil belajar. Mereka lebih yakin, Bali akan memberikan hal yang terbaik, baik dari segi kesehatn, pelayanan, kesiapan makanan, dan hospitality. “Kongres OFOG ini sudah tertunda satu tahun dua bulan karena pandemic, lalu semua dokter setuju di gelar di Bali karena ingin berkesan,” sebut Dr. Rohana Haththotuwa Srilanka itu.
Dr. Rohana Haththotuwa mengatakan, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI) sebagai tuan rumah telah bekerja keras dengan panitia untuk mempersiapkan kongres ini. Dimana awalnya dijadwalkan pada Maret 2021, tetapi karena pandemi Covid-19 maka ditunda selama lebih dari setahun. “Di kongres ini kami mengadakan diskusi-diskusi dan bertukar pengetahuan tidak hanya terkait penyakit kanker yang menyerang wanita,” ucapnya.
President AOFOG, Professor Kazunori Ochiai mengatakan, kongres 2022 ini akan menjadi kongres kedua yang diselenggarakan oleh POGI di Indonesia. “Kami merasa beruntung pasca-Covid-19 atau kenormalan baru kongres dapat berlangsung dalam offline dan online. Sehingga rekan dapat bergabung dari seluruh dunia dan menikmati pertukaran akademik dan mempelajari isu-isu di bidang kita di antara kawasan Asia Oseania,” ucapnya.
Dr. Ravi Chandran Immediate Past President AOFOG dari Malaysia mengatakan, pandemi Covid-19 saat ini sudah mulai mereda, sehingga dinilai sebagai waktu yang tepat untuk membahas solusi menghadapi isu kesehatan yang dihadapi wanita dan para ibu. “Bukan hanya dari segi kanker, tetapi masalah mengandung maupun kelahiran. Kami berupaya meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat dan kaum lelaki, tetapi di kalangan ahli-ahli politik kita. Sebab menghadapi permasalahan di semua negara perlu peran pemerintah. Profesional seperti kita seperti dokter membantu dan memberi kesan yang baik untuk kesehatan wanita,” bebernya.
Sementara itu Prof. Budi Wiweko menyebutkan, angka kematian ibu dan bayi serta stunting yang menjadi masalah di Indonesia. Hal ini menjadi fokus dan prioritas program FOGI. “Sekarang ada era globalisasi pun menjadi perhatian kita untuk mempertahankan kesehatan reproduksi di Indonesia. Di sistem jaminan kesehatan nasional menjadi fokus kita bagaimana pembiayaan kesehatan untuk wanita serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan wanita. Maka sangat diperlukan kolaborasi dengan kalangan internasional, kongres ini bagian dari kolaborasi dengan internasional,” imbuhnya.
Ketua Kongres, Prof. Andon Hestiantoro menyampaikan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu mulai dari kesehatan dan pelayanan primer ibu hingga ke pola rujukan ini berkolaborasi dengan 11 negara. “Di acara ini FOGI ingin berperan di internasional karena yang hadir dari Asia Oseania bahkan dari Eropa. Masing-masing negara punya standar dan tata cara sendiri. Tapi yang kita perlukan adalah komitmen dari semua pihak untuk meningkatkan kesehatan reproduksi wanita,” ujarnya.
Sedangkan, Ketua POGI, dr Ari Kusuma Januarto menyebutkan jumlah peserta yang terlibat dalam kongres ini sebanyak 654 hadir secara luring, secara online 490 dan Workshop 751 peserta dari 24 negara. “Topik yang dibicarakan terkait obstetri dan ginekologi untuk menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi perempuan sejak remaja sampai dewasa sampai dengan menopouse. Serta permasalahannya angka kematian ibu cukup tinggi, maka berupaya mengatasi, sebab meninggalnya karena pendarahan melahirkan, hipertensi, infeksi dan kondisi komorbid pada perempuan hamil. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *