Kebangkitan pariwisata Bali setelah diguncang pandemic Covid-19, memberikan angin segar pula kepada para pengelola desa wisata di Pulau Dewata. Sebut saja salah satunya Desa Wisata Penglipuran. Desa wisata dengan pemandangan alam yang indah dan sejuk itu selalu ramai di kunjungi wisatawan, baik wisaytawan domestic ataupun mancanegara. “Saat ini, jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran mencapai 1500 – 2000 orang perhari,” kata Kepala lingkungan Penglipuran, I Wayan Agustina,S.Sn, Rabu (10/8).
Peningkatan jumlah kunjungan itu mulai terjadi, setelah pemerintah memberlakukan kebijakan membuka keran pariwisata ke Bali pasca hantaman Covid-19 itu. Apalagi setelah membuka border internasional yang dibarengi dengan bertambahnya rute penerbangan asing, sehingga wisatawan mancanegara semakin ramai ke Penglipuran. “Sebelum pandemi melanda Bali, jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Penglipuran hanya mencapai 700 orang perhari. Sekarang, bisa mencarai 2.000 orang pada saat hari libur nasional dan hari raya agama,” ungkap Agustina dengan nada senang.
Untuk saat ini, sebut pria yang penggiat seni, kunjungan didominasi oleh Wisatawan Domestik (Wisdom), namun setelah kegiatan Global Platform for Distarter Risk Rekduction (GPDRR) yang dilaksanakan pada tanggal 28 Mei lalu, Wisatawan Mancanegara (Wisman) mulai ramai berwisata ke Desa Penglipuran. Disamping itu, minat masyarakat lokal juga saat tinggi berkunjung ke Penglipuran mengingat Desa Penglipuran ini merupakan Desa Wisata unggulan di Bali. “Kalau wisdom, kunjungan didominasi dari wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogja, dan Jakarta. Sementara Wisman didominasi dari Australia dan Eropa,” imbuhnya.
Setelah pandemi, harga tiket masuk memanmg mengalami peningkatan dari Rp 15.000, menjadi RP 25.000. Walau dengan peningkatan harga tiket, namun minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata yang terkletak yang terletak di Desa Adat Penglipuran, Desa Kubu, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali itu semakin tinggi. Keunggulan Desa Penglipuran yang tidak dimiliki oleh desa lainnya, yaitu tiga bangunan yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat lokal (konservasi), seperti pintu masuk (angkul-angkul), dapur tradisional dan bale saka nem (6). Selain itu, Desa Penglipuran satu-satunya desa wisata di Bali, bahkan di Indonesia yang pernah dinobatkan sebagai 3 desa terbersih di Dunia. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *