Daya Tarik Wisata (DTW) Sangeh Monkey Forest yang terletak di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung tutup sementara dari aktivitas pengunjung. Hal itu sebagai upaya untuk mencegah peningkatan kasus positif Covid-19, serta mendukung kebijakan pemerintah dalam penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. “DTW Sangeh Monkey Forest sudah tutup sejak mulai PPKM Darurat, 3 Juli 2021 lalu. Karena PPKM Daurat diperpanjang hingga 25 Juli, maka objek pun juga belum dibuka sampai menunggu instruksi dari pemerintah,” kata Manajer Operasional, I Made Mohon, Jumat (23/7).
Walau DTW tidak beroperasi, namun aktivitas memberikan makan monyet tetap dilaksanakan sesuai jadwal makan yang telah ditetapkan. Disamping itu, objek yang mengandalkan kelucuan monyet dan pohon pala itu, juga harus dijaga kebersihan dan kelestariannya, sehingga ketika DTW ini dibuka kembali, maka tetap menjadi tujuan wisata yang asri. “Memberi makan monyet, termasuk menjaga kebersihan itu tetap berjalan. Kami menyiapkan 6 orang petugas setiap hari secara bergiliran. Untuk biaya, kami bersyukur masih ada sisa tahun lalu, serta ada beberapa orang dan kelompok yang peduli memberikan bantuan makanan monyet,” ujarnya.
Made Mohon yang saat itu didampingi Putu Dirga Yusa menegaskan, selama PPKM Darurat berlangsung pengelola membagi pegawai yang berjumlah 18 orang ditambah seorang manager menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok mendapat tugas, sebagai piket menjaga objek setiap 3 kali dalam seminggu. Pegawai yang mendapat piket memiliki tugas untuk melakukan kegiatan kebersihan dan memberikan makanan monyet pada pagi hari. Orang yang bertugas jaga itu sampai pemberian makanan monyet pada siang hari, yaitu pukul 12.00 Wita. Seluruh pegawai itu melaksanakan tugas secara sukarela, tanpa gaji karena memang tidak ada pemasukan untuk objek wisata. “Kami digaji dengan sistem prosentase. Nah, sekarang tidak ada kunjungan maka tidak ada pemasukan dan tidak ada gaji yang diterima,” ucapnya tenang.
Walau demikian, pihaknya tetap bersyukur masih dapat bertahan hidup. Itu karena hidup di desa, sehingga masalah makan masih bisa diatasi. Disela-sela tugas menjaga objek, para pegawai ini juga mengambil pekerjaan sampingan, sehingga ada pemasukan untuk bertahan hidup. Ada yang sambil berjualan makanan ringan, jualan tuak aren, kegiatan nguling babi, bertani, dan beternak. “Program pemerintah bagi masyarakat terdampak Covid-19, yakni Bantuan Langsung Tunai memang ada, tetapi tidak semua pegawai bisa mendapatkannya,” ujar Made Mohon dengan nada sabar.
Di masa pandemi dan sebelum kebijakan PPKM Darurat ini diberlakukan, memang ada kunjungan walau itu didominasi warga local dan domesti. Namun, setelah PPKM Darurat yang dibarengi instruksi menutup objek wisata, maka sama sekali tidak ada kunjungan. “Kami berharap PPKM Darurat ini tidak berlanjut lagi, sehingga objek bisa beroperasi kembali. Kami berharap kepada pemerintah memberikan kebijakan yang terbaik, sehingga kami rakyat kecil dapat berkesempatan mencari kehidupan. Kalau situasi, seperti saat ini bagaimana kami bisa hidup, imun turun karena kurangnya asupan gizi. Harapan riilnya, ada kesempatan bagi kami untuk mencari makan,” harapnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *