Berbagai bentuk promosi mesti lebih digenjot untuk mendatangkan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Indonesia dan Bali khususnya. Walau sudah adanya berbagai kelonggaran dari pemerintah untuk memberi kesempatan bagi Pelaku Perjalanan Luar negri (PPLN), namun masih ada beberapa faktor menjadi penentu kedatangan turis asing ke Pulau Dewata dengan menggunakan Visa on Arrival (VOA). “Sebut saja kebijakan karantina di negara asal, kemudahan mendapatkan asuransi dari negara asal, preferensi wisatawan, dan lainnya,” kata pelaku pariwisata, Vaundra Aristra, Jumat (20/5).
Memang, lanjut Vaundra Aristra semuanya kembali pada kebijakan masing-masing hotel dalam memberikan kemudahan kepada setiap wisatawan sebagai bentuk pelayanan. Apalagi saat ini, banyak calon wisatawan yang masih memiliki keraguan untuk melakukan perjalanan, maka perlu memberikan keyakinan bahwa berwisata ke Bali itu mengedepankan kenyamanan. “The Sankara Resort & Spa by Pramana sangat memperhatikan dari sisi fleksibiltas yang diberikan terhadap calon wisatwan selain melihat sisi harga kamar,” ungkap Training Development Coordinator Hotel Front Liners Association (HFLA) Chapter Bali ini.
Fleksibilitas yang dimaksud dimana lebih mengarah terhadap peraturan pemesanan dengan aturan pembatalan yang dapat dilakukan maksimal 3-7 hari sebelum kedatangan. Artinya peraturan pemesanan non-refundable sebelumnya diterapkan yang dianggap sangat berdampak terhadap ketertarikan calon wisatawan untuk melakukan pemesanan.
Pembukaan kembali Bali sebagai pintu masuk PPLN, merupakan tanda-tanda baik bahwa sektor pariwisata di Pulau Dewata ini akan mulai kembali bergeliat. Mulai hadirnya wisatawan di Bali ini menjadi kesempatan bagi Bali dalam menunjukkan kesiapannya guna menumbuhkan kepercayaan bagi calon wisatawan mancanegara agar dapat mengunjungi Bali seperti sediakala. “Kami berharap pemerintah bisa membuka kedatangan wisman secara lebih luas. Bukan hanya 43 negara,” harap General Manager The Sankara Resort & Spa by Pramana ini.
Saat ini, tambah Vaundra Aristra persoalan yang dihadapi Bali di dunia pariwisata semakin kompleks. Termasuk pola-pola promosi pariwisata yang masih banyak menggunakan konvensional. Disini kita perlu program-program untuk meningkatkan daya saing pariwisata Bali ke depannya. Karena tantangan kedepan terletak di persaingan negara-negara lain. Selain itu, salah satu tantangan penting juga membangun Sumber Daya Manusia (SDM) bidang Pariwisata yang lebih unggul dan berdaya saing.
Karena itu, dalam situasi tanggap darurat ini, bukan waktu yang tepat untuk melakukan promosi secara langsung (hard selling). “Saya melihat bahwa traffic penggunaan sosial media di masa Liburan ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk membangun komunikasi maupun meningkatkan engagement yang baik antara pengelola destinasi dengan pengikut atau calon wisatawan,” pungkasnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *