Ini, bisa jadi pembelajaran menarik di masa pandemi. Anak-anak, tak hanya diajak mengenal lingkungannya, tetapi juga dirangsang untuk bisa menulis bahkan menceritakan keunggulan desa dan lingkungannya. Kegiatan untuk membangkitkan kreativitas anak ini diselenggarakan CushCush Gallery (CCG). “Ini program seni dan kreatif untuk anak-anak Charcoal For Children (CFC) dengan mengunjungi enam desa di Bali,” kata pendiri CushCush Gallery, Suriawati Qiu, Selasa (13/4).
CFC sempat rehat sejenak di tahun 2020 karena pandemi Covid 19, namun kembali menyapa di tahun ini dengan format yang berbeda. CCG dan LagiLagi menggandeng tiga seniman muda lokal Irene Febry, Juli Sastrawan, dan ‘Jong’ Santiasa Putra untuk blusukan dan bertemu dengan anak-anak di enam desa di Bali. “Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, CFC2021 akan menyelenggarakan workshop kreatif pada Maret – Juli 2021, seperti menulis cerita, menggambar dengan Charcoal (arang gambar), serta membuat kolase dari barang-barang temuan di alam sekitar,” ungkapnya.
Dengan mengusung tema ‘Tell Me Tales’, CFC2021 bersama dengan para penulis mengajak anak-anak menggali cerita rakyat dan kreativitas lokal. “Sambil tetap mengedepankan kerajinan tangan, kreatifitas, dan keberlanjutan, kamiingin membangun kembali semangat bermain sambil berkarya dari bahan-bahan yang ada di lingkungan mereka,” imbuhnya.
Enam desa yang dikunjungi CFC2021, yakni Desa Ole, Marga Dauh Puri (Tabanan), Desa Batuan (Gianyar), Kampung Bugis, Serangan (Denpasar), Desa Senja (Negara), Desa Penglipuran (Bangli) dan Desa Bengkala (Buleleng).
“Pada sesi perta, Minggu, 28 Maret 2021 lalu, CFC2021 sukses diselenggarakan di Desa Ole, Marga Dauh Puri, Tabanan. Saat itu, kami mengajak 18 anak dari Sanggar Buratwangi (sanggar budaya lokal). Workshop itu berlangsung dari pukul 9-12 WITA dengan penuh antusias dan keceriaan,” ujarnya.
Suriawati Qiu mengaku, senang sekali dengan anak-anak di Desa Ole yang bisa diajak bermain dan berkarya bersama di lingkungan mereka. “CFC2021 kali ini memang concept nya immersive, dari segi context dan approach: Dengan trigger dari 3 seniman terlibat yang mengajak anak-anak melihat kembali apa yang ada di sekeliling mereka, anak-anak jadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar mereka, sekalian membuka wacana dan imaginasi mereka juga. Di samping itu, seniman juga mendapatkan inspirasi dari kreasi anak-anak, untuk berkreasi juga! Jadi kreatifitas yang saling terhubung, menyambung, lagi dan lagi,” kenangnya.
Hasil karya anak-anak dari setiap desa nantinya akan diolah oleh ketiga seniman kita, baik dari segi penceritaan hingga visual, untuk kemudian disusun menjadi buku kumpulan cerita anak. “Melalui publikasi buku cerita anak di tahun depan, sebagai sebuah karya dan media tulis yang tidak lekang oleh waktu, CFC2021 berusaha untuk terus menyalakan semangat menulis, membaca, dan berkreasi generasi-generasi selanjutnya,” pungkasnya.(BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *