Wimbakara (Lomba) Foto dengan caption Mabasa Bali menjadi ajang yang sangat menarik dalam perhelatan Bulan Bahasa Bali selama sebulan penuh ini. Karya foto dari masing-masing peserta cukup menarik, walau itu melalui proses yang cukup sulit. “Dari semua foto yang masuk, visual fotonya sangat kreatif. Rata-rata sudah menampilkan ide dan teknik kebaharuan yang sangat variatif di dalam karya-karya para peserta,” kata salah satu Dewan Juri, Dr. I Made Bayu Pramana, S.Sn.,M.Sn, disela-sela penilaian, Selasa (21/2).
Peserta Lomba Foto dengan Caption Mabasa Bali ini diikuti 9 peserta perwakilan dari kabupaten dan kota di Bali. Untuk lomba secara online ini, ada sebanyak 87 foto yang masuk dari peserta tersebut. Dari semua foto yang masuk itu, visual fotonya sangat kreatif. Itu karena, mereka sudah menampilkan ide dan teknik kebaharuan yang sangat variatif di dalam karya mereka. “Jujur, kami sempat bingung memilih yang terbaik diantara karya-karya foto itu. Hampir semuanya bagus-bagus. Ini sebuah peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Kordinator Program Study Fotrografi ISI Denpasar ini.
Selain ditunjuang karya visual yang menarik, karena memang ada cation bahasa Bali yang dilombakan juga, sehingga dewan juri juga meninjau caption para peserta. Memang, dari semua peserta itu rata rata menggunakan tatanan bahasa Bali yang baik. “Ada pula beberapa peserta bahasa Bali-nya sudah baik, tetapi ada narasinya yang kurang nyambung dengan foto-foto yang ditampilkan, sehingga menjadi miss persepsi antara visual foto dengan narasi yang dituliskan,” ungkap dosen fotografi ini santai.
Dari semua peserta itu, ada 3 tema yang paling banyak diangkat. Itu, karena memang tema lomba itu Segara Kerthi, sehingga secara visual semua peserta menampilkan karya foto tentang laut. Namun, secara spesifik ada 3 tema yang mereka angkat, pertama landscape atau pemandangan laut, kedua human in tress yang banyak menampilkan kehidupan manusia Bali berinteraksi dengan laut, merncari kehidupan di laut, termasuk mengelola laut. Sedangkan ketiga, tema upacara, ritual yang dilakuka di laut. “Saya lihat, tiga tema tersebut paling muncul dalam karya lomba kali ini,” tegasnya.
Bayu Pramana mengatakan, lomba foto dengan caption atau narasi berbahasa Bali ini yang menarik, dan cukup sulit. Kalau lomba foto saja, dengan caption berbahasa Indonesia atau berbahasa Inggris itu mungkin biasa. Nah, menjadi tingkat kesulitan si fotografer itu saat merancang narasi, merancang tulisan yang kadang-kadang dalam bahasa Bali yang cukup sulit dilakukan. “Maka di sini dibutuhkan sebuah tantangan baru untuk untuk mengeksplotasinya,” sebutnya serius.
Lalu, kalau tentang foto caption Mabahasa Bali? Bayu Pramana mengatakan, rasanya memang harus sering-sering menungkan bahasa Bali dalam kegiatan foto, sehingga menjadi hal yang biasa. Tidak hanya fotografi, mungkin saja bisa dituangkan dalam komik, cerpen atau hal-hal lainnya yang dapat menark minat masyarakat terutama anak-anak muda agar menjadi biasa. “Kalau bisa lebih ditekankan pada detail memahami penggunaan dan menulis dengan bahasa Bali,” usulnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *