Ada moment penting di tengah kebangkitan pariwisata Bali akibat pandemic Covid-19. Perupa Bali Made Kaek memperkenalkan Bali melalui pameran tunggal di di The Meeting Room Art Gallery, Chiang Mai, Thailand. Pameran bertajuk Creatures Emerge yang digelar 11-30 November 2022 itu mendapat respon positif dari masyarakat di Negeri Gajah Putih itu. Karya seni itu sekaligus memperkenalkan Bali kembali dalam masa pandemic Covid-19.
Made Kaek yang sejak awal November berada di Chiang Mai itu menyajikan 15 karya di atas kanvas dan rice paper dari seri makhluk-makhluk imajiner yang beberapa tahun ini ia garap dengan berbagai ragam medium. “Saya diundang pihak galeri untuk pameran, selain itu selama hampir sebulan saya juga melakukan proses kreatif dan beranjangsana ke berbagai komunitas di Chiang Mai yang sangat aktif memproduksi kegiatan seni,” katanya dalam rilis yang dikirimnya beberapa waktu lalu.
Menurut Kaek, Chiang Mai mirip Ubud, Bali dengan banyak galeri dan komunitas seni yang menjadi salah satu tepat singgah seniman dari berbagai negara. Kesempatan yang baik ini dimanfaatkan pula untuk membangun jaringan yang kelak dihubungkan dengan komunitas yang selama ini ia bangun di Bali. Karya Kaek lebih banyak tentang insan imajiner yang banyak mewarnai karya-karya itu. “Karya ini memang berawal dari makhluk-makhluk yang selalu mengganggu dan hadir dalam benak saya,” sebut Made Kaek.
Citraan yang begitu aneh itu selalu muncul. Terkadang sendiri, kadang bergerombol. Ada yang bermata satu, dua, tiga, atau lebih. Berkaki dan bertangan dengan jumlah yang berbeda. Mereka seolah memburu. Sebagai musuh atau kawan. Ia berkelebat. Datang secepat kilat, kemudian pergi begitu saja, seolah menghilang ditelan kabut senja. “Saya berupaya menangkap makhluk-makhluk itu dalam perangkap yang lengkap. Tinta, warna, kertas, kanvas, dan segalanya. Pelan-pelan saya pindahkan gambaran sosok yang misterius, figur yang samar bayang, paras yang jauh dari elok, maupun wajah yang kadang-kadang semringah itu di atas berlembar-lembar kertas dan kanvas,” paparnya.
Barangkali, pada titik inilah, alam bawah sadar Made Kaek merekam citraan makhluk-makhluk yang menyita perhatian dan ingin mendapatkan keistimewaan. “Pada akhirnya, seperti simbiosis mutualisme, kami saling membutuhkan. Justru pada saat saya biarkan makhluk-makhluk itu, jiwa saya terganggu, bahkan terguncang. Sebaliknya, jika saya merespons dengan cepat dengan aneka warna di atas kertas atau kanvas, jiwa ini terasa melayang, ekstase,” lanjutnya.
Made Kaek menyebut pada akhirnya ia menerima apa adanya peristiwa alam bawah sadar itu. Ini pengaruh dari mitos, legenda, fabel, atau wiracerita pewayangan yang akrab dalam kehidupan orang Bali sejak kecil. “Yang jelas, saya telah terbebaskan dari belenggu setelah menangkap makhluk-makhluk itu dalam jeratanku, menjadi karya-karya seperti yang tersaji dalam pameran ini. Selama berproses di Chiang Mai, saya yakin akan lahir makhluk-makhluk lain atau kekaryaan yang berbeda. Saat ini, saya masih terus berkarya hingga kepulangan ke Bali pada akhir November 2022,” unkapnya.
Direktur The Meeting Room Art Gallery Kavin Trikittiwong mengaku bangga dapat memamerkan karya Made Kaek, seperti halnya kehangatan menyambut karya seniman dari berbagai negara yang pernah dipamerkan di galeri ini. “Kami percaya bahwa keahlian artistik perupa Made Kaek akan memperkaya dan berharga bagi misi galeri kami untuk membuat karya seni yang unik,” ucap Kavin Trikittiwong.
Kavin Trikittiwong mengatakan, hal tersebut memungkinkan galeri untuk mempromosikan pemahaman lintas budaya di antara komunitas seniman lokal. “Kami menganggap kunjungan dan pameran karya seniman dari Bali ini sebagai langkah positif menuju pertukaran ide secara teratur antara Thailand dan Indonesia,” ujarnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *