Membuat “Prasi” di Penggak Men Mersi

Membuat “Prasi” di Penggak Men Mersi

Siapa bilang anak-anak muda tak mencintai buadayanya sendiri? Lihat saja, puluhan generasi muda khususnya pegiat lontar dan perupa baik yang sudah ahli maupun pemula mengikuti pelatihan Visualisasi Karya Fiksi Melalui Naskah Lontar atau Prasi di Penggak Men Mersi Kesiman, Denpasar, Minggu (4/9). Pelatihan yang digelar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha (Undhiksa) bersama Penggak Men Mersi ini sebagai bentuk pengabdian masyarakat itu berlangsung hangat.

Anak-anak muda itu berasal dari kawasan Kesiman dan juga alumi Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha. Mereka tampak ceria dan penuh semangat. Peserta laki-laki ataupun wanita duduk berjejer di lantai beralaskan karpet. Di depannya, ada sebuah dulang lengkap dengan pengrupak. daun lontar, dan pensil. Panitia kemudian membagikan contoh gambar yang akan dibuat menjadi prasi. Walau diberikan contoh gambar, para peserta tidakj harus membuat gambar itu, tetapi juga bisa membuat sesuai denga inspirasi sendiri.

Ketua pelaksana pelatihan, I Wayan Gede Wisnu mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu implementasi pengabdian pada masyarakat. “Selama ini bahasa Bali lazimnya dituturkan lewat satua atau ditulis. Dan kami melihat akan lebih menarik lagi ditampilkan dalam visualisasi. Kita memiliki komik tradisional bernama prasi yang tidak kalah dengan komik pada umumnya. Beranjak dari sana kami gelar ini,” katanya.

Ia melihat saat ini seni prasi berkembang di Buleleng dan Karangasem, namun di tempat lain belum begitu berkembang. Selama ini generasi yang tertarik pada seni prasi ini masih belum begitu banyak. “Kami berharap dengan kegiatan ini bisa melahirkan generasi muda yang bergelut dalam seni prasi. Peluang prasi ini masih terbuka lebar,” harapnya.

Sementara itu, Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita mengatakan, masih banyak yang perlu dikembangkan dalam dunia seni prasi ini termasuk alih wahana. Misal menggarap serius seni ini, tak hanya melahirkan nilai estetis saja, tetapi juga bisa menjadi buah tangan khas Bali. Prasi ini adalah karya monumental Bali yang khas karena dibuat di atas daun lontar. “Mungkin dalam seni lukis ada lukisan Kamasan, lukisan gaya Nagasepaha dan lainnya. Namun ada lagi yang khas yakni prasi ini,” ucapnya.

Wahyudita menilai, ke depan seni prasi ini harus bisa dibuatkan satu ekosistem yang berkelanjutan, sehingga seni ini tak hanya berhenti sebagai sebuah karya seni, tapi bisa melahirkan komoditi baru semisal kaos bergambar prasi. “Seni prasi ini juga bisa melatih anak-anak untuk memegang pangrupak, sebagai jembatan bagi pemula untuk merangsang dan mengenal lebih jauh tentang lontar,” pungkasnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us