Bagi yang biasa melakukan wisata spiritual ke Gereja Katolik Santa Maria Ratu Gumbrih, sebaiknya ditunda dulu. Sebab, salah satu Gereja Katolik di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali, tepanya berada di Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan itu menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 sesuai instruksi pemerintah. Selain itu, pengurus gereja menerapkan protokol kesehatan (Prokes) utamanya memakai masker, mencuci tangan dan Menjaga jarak dan tidak berkerumun. “Misa (kebaktian) dibuka khusus untuk umat Gumbrih saja dengan jumlah terbatas, terutama anak-anak dan umat lanjut usia,” kata Ketua Desa Wisata Gumbrih, Fransiskus I Nyoman Melastika, Jumat (6/8).
Melastika mengatakan, untuk menjaga keamanan serta tidak menciptakan klaster baru, pihaknya benar-benar menjadikan prokes sebagai prioritas. Karena itu, ada petugas khusus yang bertugas untuk mengawasi penerapan dari pada prokes tersebut. Jika ada umat yang mengalami kondisi badan yang kurang fit, dianjurkan untuk tidak hadir dalam Misa namun mengikuti Misa melalui live streaming. Petugas juga secara tegas membatasi jumlah peserta Misa untuk menciptaka rasa aman dan nyaman.
Sarana dan faslitas untuk menunjang prokes telah disiapkan, seperti tempat mencuci tangan, menyiapkan hand sanitizer, masker.dan pengecekan suhu. Tempat duduk diatur sedemikian rupa, sehingga dipastikan untuk tetap jaga jarak. Termasuk mengatur jadwal kedatangan dan kepulangan umat yang beribadah. “Sebelum pandemi Covid-19, ada banyak peziarah yang berdoa di Gereja Santa Maria Ratu Gumbrih ini. Kegiatan Gereja dilaksanakan di Paroki. Namun, setelah pandemi Covid-19 kegiatan dan kedatangan “Peziarah” ke Gereja tertua No. 2 di Bali setelah Gereja Tri Tunggal Maha Kudus Tuka di hentikan sebagai wujud partisipasi umat menekan Covid-19 ini,” ungkapnya.
Melastika mengaku, setelah penerapan PPKM ini umat sangat mengerti dan berakewajiban mentaati semua aturan pemerintah termasuk disiplin prokes. Hal itu selalu diinstruksikan oleh Pimpinan Gereja Lokal Keuskupan Denpasar Yang Mulia Bapa Uskup Mgr. Silvester San. Umat dihimbau untuk selalu berdoa agar Covid 19 ini berlalu dari muka bumi ini dengan doa khusus yang disebar luaskan melalui WAG Gereja. “Dulu, banyak wisatawan asing yang berdoa dan mengikuti Kebaktian sebelum pandemi. Mereka menginap di hotel-hotel di kawasan Pekutatan atau daerah Surabrata Tabanan. Namun, sejak diberlakukan PPKM ini tidak satupun wisatawan asing yang datang,” ucapnya.
Gereja Katolik St Maria Ratu Gumbrih memang menjadi daya tarik wisata karena keunikan dan sejarahnya. Jika akan ke Gereja ini, maka dapat menempuh rute jalan Denpasar – Badung – Tabanan ke arah Jembrana. Setelah memasuki Batas Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tabanan akan terlihat Tugu Makepung (Makepung adalah Balap Kerbau, sebuah warisan budaya nasional asli Kabupaten Jembrana). Dari perbatasan, terus kebarat menuju desa Gumbrih. Setelah Teras BRI Gumbrih terdapat simpang Tiga Gereja Katolik Gumbrih. Ada papan petunjuk besar di simpang tiga tersebut. Dari simpang tiga belok ke Kanan (ke Utara) sekitar 100 meter. Gereja St Maria Ratu berada di sebelah kanan (Timur) jalan.
Paroki Santa Maria Ratu Gumbrih merupakan sebuah paroki dari Gereja Katolik Roma di Keuskupan Denpasar; berpusat di Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, di Kabupaten Jembrana. Paroki Gumbrih merupakan salah satu paroki perintis di Bali Barat yang dipelopori oleh Pastor Simon Buis SVD, yang dijuluki ‘Ida Pedanda Lingsir’ –yaitu orang tua yang penuh wibawa, sekitar tahun 1930-an.
Beberapa keluarga Katolik dari Gumbrih merupakan bagian dari eksodus yang dilakukan Pastor Buis pada 15 September 1940, bersama dengan beberapa keluarga dari Paroki Tuka, ke ujung Barat Pulau Bali dan membuka desa di tengah hutan yang kini terkenal sebagai Desa Palasari, pusat Paroki Palasari. Pembangunan Gereja Santa Maria Ratu (Santa Maria Regina) yang digunakan saat ini telah dirintis sejak tahun 1950 oleh Pastor Nobert Shadeg SVD, dan kemudian diberkati pada 5 Maret 1961 oleh Prefek Apostolik Denpasar Mgr. Hermens.
Gereja Katolik St Maria Ratu Gumbrih dibangun dengan mengadopsi budaya Bali. Di depan gereja terdapat menara KulKul (Balai Kentongan khas Bali). Di bagian atap, diatas altar juga terdapat bagian yang menyerupai meru. Suatu bangunan yang sangat identik dengan Bali. Ornamen-ornamen di Gereja St Maria Ratu Gumbrih juga bernuansa budaya Bali. Pada saat mengikuti misa banyak umat yang memakai pakaian adat Bali. Laki-laki menggunakan kain kamben, dirangkapi dengan kain saputan. Menggunakan kemeja warna putih atau krem dan memakai udeng sebagai penutup kepala. Terlebih pada saat Misa Hari Raya seperti Natal dan Paskah. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *