Menuju Bali “Zona Hijau”

Menuju Bali “Zona Hijau”

Ketika Presiden Joko Widodo memberi sinyal akan membuka pariwisata Bali secara bertahap pada bulan Juni-Juli 2021 disambut hangat oleh para pelaku usaha pariwisata, utamanya hotel. Walau dengan syarat pelaku wisata dan wisatawan disiplin mematuhi protokol kesehatan, itu tidak menjadi masalah karena sebagain besar industri hotel di Bali sudah menerapkan tatananan kehidupan era baru (news normal), dan mengantongi sertifikat Cleanliness, Healthy, Safety, dan Environmental Sustainability (CHSE). “Kami berharap pemerintah tetap membuka pariwisata Bali bagi turis asing pada Juni-Juli ini,” kata CEO Pramana Experience, Sudirga Yusa, Kamis (18/3)

Sudirga mengatakan, jika masih tetap pada wacana sebelumnya yang akan membuka pariwisata internasional pada April 2022, tentu pelaku usaha pariwisata sangat mengharapkan time line dan kepastian untuk pemulihan pariwisata nasional pasca pandemi Covid-19. Artinya, perlu ada kesamaan persepsi dari semua lembaga terkait hal ini. “Jangan membuat kebijakan partial, terpisah dan sendiri-sendiri. Jika persepsi sama, maka pelaku industri dapat mempersiapkan diri, termasuk menyampaikan hal yang sama kepada partner bisnis kami di luar negeri,” papar Team Kelompok Ahli, IHGMA ini.

Pemerintah yang menetapkan tiga destinasi sebagai zona hijau yaitu Ubud, Sanur dan Nusa Dua, tentu ini hal terbaik yang telah dipikirkan untuk pemulihan pariwisata Bali. Namun, penetapan zona hijau mestinya untuk semua destinasi di Pulau Dewata. Sebab, Bali sebagai destinasi dunia, tidak hanya memiliki Ubud, Sanur dan Nusa Dua tetapi banyak lagi lainnya. “Kami mengharapkan dukungan pemerintah untuk semua pelaku pariwisata di Bali yang sangat terdampak untuk memberikan subsidi tiket, biaya rapid test dan kampanye pariwisata nasional bisa diupayakan,” pinta Team Promosi PHRI Klungkung ini.

Tanpa dukungan penuh dari pemerintah, maka sangat berat bagi dunia pariwisata Bali untuk bisa bertahan. Karena, setahun sudah pandemi Covid-19 melanda Bali, sehingga berat menanggung biaya operasional agar bisa bertahan tanpa support-support dari pemerintah. “Jika ini berkepanjangan, kemungkinan hotel bisa tutup kembali untuk mengurangi biaya operasional. Selama masa pandemi ini biaya operasional menjadi tanggungjawab pemilik. Untuk meminimalkan biaya, karyawan yang sudah berakhir masa kontrak kerjanya, akan dipertimbangkan untuk diperpanjang. Sebagai pengganti kita upayakan karyawan tersebut diprioritaskan untuk kontrak kerja harian, jika diperlukan secara operational,” ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan Resort Manager The Sankara Reaort by Pramana, I Wayan Parka. Pria berbadan kekar ini menambahkan, penetapan 3 destinasi pada tahap awal rencana pembukaan pariwisata Bali patut mendapat apresiasi positif. Walaupun hal ini akan menjadi pro kontra bagi pelaku pariwisata di destinasi lain, seperti Jimbaran, Kuta, Seminyak, Candidasa, Bedugul, Lovina dan lainnya. Kawasan wisata yang belum ditetapkan menjadi zona hijau akan merasa terpinggirkan dan tidak mendapat kesempatan mengais rejeki. Mesting yang zona hujau itu Bali,” ucapnya.

Sementara proses sertifikasi Tatanan Kehidupan Era Baru serta CHSE yang digadang-gadangkan pemerintah sudah diikuti hampir semua destinasi lewat pemerintah daerah kabupaten dan kota. “Kami berharap timeline yang jelas untuk pembukaan kawasan lainnya, sehingga bicara destinasi Bali secara holistik dan menyeluruh,” pintanya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us