Indah dan sangat kreatif. Keben, sebuah tempat sesajen atau upacara milik masyarakat Hindu di Bali mengikuti perkembangan jaman. Bentuknya boleh sama, tetapi motif serta warna tak hanya itu-itu saja, melainkan terus berkembang mengikuti trend di jaman ini. Bahkan, warna yang digunakan ramah lingkungan karena memanfaatkan bahan dari alam, sehingga aman untuk kesehatan. Keben jenis ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi plastik, juga sebagai upaya melestarikan kearipan lokal Bali yang adiluhung.
Itulah keben-keben unik yang mewarnai pameran diseminasi oleh Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn di Gedung Dharma Alaya kota Denpasar, beberapa waktu lalu. Dosen Prodi DKV FSRD ISI Denpasar itu berhasil menciptakan desain kemasan bambu yang mewakili wajah Bali dengan konsep ‘Tri Ratimaya’. “Kami menciptaan desain kemasan bambu yang beda dan baru, dan desain dan warna merupakan ramah lingkungan yang memaknai sebagai kolaborasi tiga keindahan yang ada di Bali,” kata Desi.
Menurut Desi, tiga keindahan itu bersumber dari potensi khas yang dimiliki oleh Desa Tigawasa dan desa Sembiran Singaraja dengan potensi kerajinan anyaman buluh dan warna alam. Desa Kayubihi Bangli dengan potensi kerajinan keben dan Tenganan Pegeringsingan Karang asem dengan tenun Gringsing. “Melalui kolaborasi dari tiga potensi yang dimiliki kabupaten tersebut, maka kami wujudkan desain kemasan bambu dengan desain yang baru dan ramah lingkungan,” paparnya senang.
Konsep ramah lingkungan menjadi ide besar dalam proses penggarapan desain kemasan bambu melalui skema Penelitian dan Penciptaan Seni (P2S) ini. Hal itu dilakukan, karena ia melihat masih jarang menemukan pengaplikasian warna alam pada kemasan bambu. “Kami melakukan hal ini, sebagai solusi untuk mengurangi plastik dengan menciptakan desain kemasan bambu, menonjolkan identitas budaya lokal yang khas. Ini juga turut mendukung peraturan Gubernur melalui PERGUB Nomor 97 Tahun 2018 tentang pembatasan penggunaan kemasan plastik sekali pakai,” jelasnya.
Desain kemasan bambu dengan desain baru dan ramah lingkungan itu diciptakan diawali dengan penelitian berjudul “Perancangan Desain Kemasan Berbahan Bambu sebagai Sustainable Packaging untuk Kemasan Oleh-Oleh Khas Bali”. “Tujuannya untuk merancang desain kemasan berbahan bambu sebagai kemasan oleh-oleh khas Bali dengan mengembangkan berbagai bentuk desain kemasan berbahan bambu yang ramah lingkungan,: sebutnya.
Motif ini diciptakan dengan program computer berbasis vektor, mengadopsi teknik anyaman yang dilakukan oleh perajin keben di desa Tigawasa Singaraja dan Kayubihi Bangli. Keistimewaan dari Desain kemasan bambu yang tercipta adalah penggunaan warna alam hasil kolaborasi dengan Pagi Motley yang berlokasi di Desa Sembiran Tejakula Buleleng. Motif kemasan bambu yang tercipta sudah di daftarkan hak ciptanya di Sentra HKI ISI Denpasar. “Kami juga memperkenalkan ciptaan desain baru ini di jurnal nasional terakreditasi SINTA 2, Video dokumentasi yang diunggah melalui saluran Youtube, buku ajar dan pameran diseminasi ini,” ucapnya.
Pelaksanaan P2S itu berlangsung selama delapan bulan menghasilkan beberapa luaran terdiri dari produk kemasan dengan motif baru bersumber dari tenun Geringsing. Desi selaku ketua pelaksana P2S bersama anggota Ni Ketut Pande Sarjani, S.Sn.,M.Sn, Gede Bayu Segara Putra, S.Ds.,M.Sn dan dibantu oleh empat orang mahasiswa prodi DKV FSRD ISI Denpasar. “Penciptaan desain kemasan bambu ramah lingkungan, hadir dengan esensi dan makna baru melalui skema P2S Dana DIPA ISI Denpasar tahun 2022,” terang Desi serius. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *