Selama ini, orang yang datang ke Lapangan Puputan Renon hanya untuk rekreasi sehat, seperti jalan-jalan, sepak bola, meditasi, yoga, berjemur, reuni dan acara lain. Padahal, kawasan hijau ini memiliki sebuah Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB), sebagai pusat wisata edukasi. Paling tidak, pengunjung yang hadir dapat belajar terkait dengan perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. “Spirit perjuangan rakyat Bali itu dilukiskan dalam sebuah diorama,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) MPRB, I Made Artana Yasa, Selasa (26/9).
Selain itu, DTW yang berada di pusat Kota Provinsi Bali, dan dekat dengan kawasan wisata Sanur ini menghadirkan beberapa fasilitas dalam membantu wisatawan untuk memahami makna puluhan diorama yang ada. “Diorama berjumlah 33 itu, sebuah rekonstruksi yang menggambarkan suasana kondisi perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa, dari jaman pra sejarah, sejarah, Bali mula, jaman kerajaan, jaman memperebutkan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekan serta jaman mengisi kemerdekaan,” papar Artana Yasa.
MPRB bisa dikatakan sebagai sebuah tujuan wisata lahir bathin. Sebab, di kawasan ini pikiran menjadi lebih terbuka, karena setelah melaksanakan jalan-jalan melihat suasana, maka stres menjadi berkurang. “Berwisata di MPRB, kita bisa mendapatkan ilmu, khususnya tentang sejarah, disamping rekreasi sehat itu. Kami menyiapkan tempat yang bersih, sehingga nyaman untuk semua orang. Hal ini lakukan terus untuk mengedukasi masayarakat untuk jangan membuang sampah sembarangan
Monumen yang luas arealnya mencapai 13,8 hektar itu bentuknya sangat ekonik serta lokasi strategis. Maka, tak salah banyak yang memanfaatkan tempat ini sebagai lokasi prawedding serta syuting film. “Kalau untuk pengunjung, sampai di rungan ini, mereka kita suguhkan tayangan film, lalu berkunjung ke diorama. Pengunjung juga bisa naik ke ruang pantai terletak di lantai atas (seperti menara) menyaksikan pemandangan lingkungan sekitar,” ucapnya.
Untuk bisa masuk menyaksikan atraksi wisata yang ada, pengunjung memang wajib membayar tiket masuk sebesar Rp 50 ribu untuk dewasa dan Rp 25 ribu untu anak-anak (wisatawa asing), Rp 25 ribu dam Rp 10 ribu untuk dewasa dan anak-anak wisatawan domestik, serta pelajar hanya membayar Rp 2 ribu, mahasiswa Rp 5 ribu. MPRB ini buka setiap hari mulai pukul 07.30 Wita sampai pukul 17.00 Wita, kecuali hari raya besar dipermaklumkan karena tutup. “Kalau hari raya, biasanya buka karena memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berwisata,” jelasnya.
Kunjungan saat ini, rata-rata 400 dalam sehari yang didominasi oleh turis asal India, baik itu rombongan ataupun mandiri. Disamping untuk untuk pendidikan, MPRB ini juga mendukung aspek ekonomi. “Kami berharap, masyarakat lokal bisa berkunjung dan belajar di MPRB ini. Diorama yang ada itu, spiritnya adalah perjuangan dati masa ke masa yang memiliki makna, sebagai masyarakat agar bisa maju dan sukses harus berjuang,” harapnya.
Sementara ini, masyarakat lokal utamanya para siswa dan mahasiswa belum optimal berkunjung ke DTW MPRB ini. Padahal, pihaknya sudah bersurat ke kabupaten dan kota melalui Dinas Pendidikan dan Olahraga supaya sekolah-sekolah membuat program berkunjung dan belajar ke monumen ini. “Mereka lebih banyak tidak tahu kalau di MPRB itu ada sesuatu yang menarik,” pungkas Artana Yasa. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *