“Monument of Trajectory”, pameran perupa yang juga Dosen Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Wayan Sujana Suklu memang unik. Perupa asa Klungkung ini menggelar pameran yang melakukan pendekatan dengan menggunakan konsep partisipatori. Selama sebulan welcome melakukan sharing, workshop dan performance. Selain mendapatkan pengetahuan secara definitive, pengunjung juga dapat melakukan interaktif serta eksploratif. Hal ini dapat memberikan pengetahuan, bukan saja bersifat kognitif tetapi juga bersifat motorik dan afektif.
Model pameran yang dilakukan tidak pada satu tempat. Dengan Mobile art Laboratorium (MAL) ngelawang, seperti ARMA Ubud, Jagadjati Kampung Puisi, Art Bali Nusa Dua, Titik Dua Ubud, Sip Setiap Saat Santrian Sanur dan dengan aktivitas living gallery di Komaneka Gallery Ubud selama sebulan lebih (30 Juli sampai 6 September). “Kami menggelar pameran memadukan dengan sharing, workshop, dan performance menjadi pendekatan dalam melakukan interaksi dengan pengunjung (masyarakat),” paparnya.
Pengetahuan seperti ini nantinya diharapkan mampu membentuk sikap serta kemampuan apresiasi yang menyeluruh terhadap karya-karya seni rupa. Pilihan Komaneka Gallery sebagai ruang peristiwa MAL dalam rangka mensiasati Covid-19. “Pandemi Covid masih belum menunjukkan tanda-tanda menurun, bahkan diberlakukannya Pemberlakuan Pembataswan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah. Dengan memilih tempat ruang semi publik pembatasan terhadap pengunjung dapat dilakukan dengan ketat. Komaneka Gallery membuka program mengundang seniman melakukan living gallery,” jelasnya.
Aktivitas MAL di komaneka gallery mempertemukan berbagai pengunjung baik lokal,nasional, dan internasional. Pemilik gallery dan medan sosial seni dapat memasuki MAL melakukan interaksi secara mendalam. Interaksi dilakukan antara seniman dengan seniman, seniman dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Partisipatori dengan konsep intermingle dan ANT (aktor networking teori) ini diharapkan menemukan hal-hal eksploratif yang nantinya menjadi pengetahuan yang dapat direkumendasikan sebagai metode dalam ruang-ruang pendidikan modern dimasa datang. “Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap konsep-konsep seniman modern yang semakin eksklusif, serta sebagai festival masyarakat yang bertujuan healing psikologis melalui aktivitas seni,” papar Suklu. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *