Pupuh-pupuh itu berkumandang diiringi geguntangan bunyinya manis mengetuk hati. Olah vocal tradisi yang keluar dari para penembang itu, memberikan fibrasi positif disetiap sudut ruang damai itu. Ibu-ibu duduk manis memperagakan ajaran Weda melali kegiatan mejejahitan. Para orang tua membelah bambu kecil menyulapnya menjadi tangkai sate unik. Sebagian lagi mempersiapkan sebuah bangunnan sederhana tempat ritual. Sementara di bale dangin, para pemuda khusuk mengolah pernafasan menetralkan pikiran dan upaya menjaga kesehatan diri.
Itulah suasana pembukaan Pasraman Non Formal Yayasan Paguyuban Kandapat yang beralamat di Jalan Panji No 7, Banjar Sedang Kelod, Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Minggu (27/2). Kegiatan pasraman non formal ini ini dibuka oleh Kepala Kementrian Agama Kabupaten Badung yang diwakili Plt Kasi Pena Hindu, Ida Bagus Putu Anom Arisedana serta diihadiri Bendesa Adat Sedang, I Gusti Ngurah Jaya Putra dan Perbekel Desa Sedang, I Made Budiyoga. Kegiatan budaya yang dilakukan oleh seluruh anggota yayasan dilaksanakan dengan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes)
Ida Bagus Putu Anom Arisedana mengatakan, Kantor Kementrian Agama Kabupaten Badung mendukung kegiatan ini dan mengapresiasi semangat masyarakat yang getol melestarikan seni dan budaya secara nyata. Untuk pasraman non formal di Badung, sudah 8 pasraman yang terdaftar, namun baru diantu 4 karena sudah memenuhi persyaratan. Pasraman non formal akan terus digenjot, karena penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul. “Bila mana ada terjadi kepengurusan, kami harap yayasan ini tetap lanjut lanjut. Di era modernisasi ini, pembelajaran seni budaya melalui pasraman luar biasa. Kita harus bisa memfiltetisasi pengaruh di jaman global ini,” katanya.
Jro Bendesa Jaya Putra juga mberikan apresiasi terhadap paguyuban ini sebagai jalan melestarikan adat, agama budaya. Paguyuaman ini sebagai tempat sharing. Jika ada tamu yang datang, maka disinilih tempat sharing untuk melestarikan adat, agama, dan budaya. Kalau sudah melakulam kegiatan ini, dapat memberikan pendidikan mental dan spiritual. “Ini adalah proses yang berhubungan dengan perjalanan sekala dan niskala, Maka, jangan pernah memperlihatkan kemampuan spiritual kita pada orang lain. Kami berharap kegiatan ini juga berimbas pada generasi muda untuk mencinti budayanya sendiri,” harapnya.
Perbekel Budiyoga mengaku senang dengan kegiatan ini. Pembelajaran seni dan budaya penting untuk melestarikan seni dan budaya. Ini kewajiban bagi kita semua. Pasraman ini banyak memberikan edukasi. “Kami mendukung keberadaan yayasan ini sebagi edukasi masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya. Mudah-mudahan ini berkelanjutan, seperti Barong Festival. Kami dari pemerintah desa akan selalu mensuport kegiatan untuk pelestarian seni dan budaya Bali, sehingga dapat memperkokoh generasi muda kedepan,” ungkapnya.
Ketua Yayasan Putu Gede Hendrawan mengatakan, Yayasan Paguyuban Kandapat ini sebuah organisasi yang bergerak dibidang seni, budaya dan agama. Ini jelas kegiatan sosial non ptofit, untuk mengabdikan diri dibidang seni dan budaya Bali, serta agama sebagai umat hindu. Organisasi ini, mengawali bersama teman-teman dengan visi dan misi mengajegakan seni, budaya, adat dan agama Hindu Bali. “Dalam perjalanan waktu, saya melegalkan sehingga memiliki payung hukum dengan bentuk akte pendiri dan sudah terdaftar di Kemenkumam,” ucap pria yang akrab disapa Jero Hendra ini.
Yayasan ini berdiri memiliki tujuan untuk mengajekan dan melestarikan budaya Bali, serta memajukan seni utamanya seni tradisi dengan nilai-nilai dimiliki dapat memberikan keyakinan dan tuntunan dalam kehidupan. Guru wisesa (pemerintah) memberi apresiasi hal ini, sehingga yayasan ini pun mendapat pembinaan dari guru wisesa di Kabupaten Badung, Provinsi Bali hingga pusat, sehingga Disjen Bimas Hindu sempat berkunjung ke yayasan ini.
Selain ngayah di pura-pura, yayasan ini juga mengajegkan seni dan budaya itu dalam bentuk nyata. Dalam sisi seni, yayasan sudah melakukan Festival Sedang Barong Festival mulai 2018 dan 2019, karena pandemi maka kegiatan yang rencana digelar setiap tahun akhirnya tak dilaksankan lagi. “Kami mengunbdang seniman generasi yang baru belajar mapang barong memberikan ajang dan makendang tunggal. Karena ada penilian, maka peserta yang terbaik diberikan penghargaan. Ini sesuai misi, jika di desanya ada pelawatan barong maka mereka bisa ngayah memakai pakem barong, sehingga ada taksu,” sebutnya.
Kegiatan yang rutin dilakukan, yakni ngatura ayah pada sesuwunan untuk mempertebal keyajinan sebagai orang Hindu. Karena itu, di yayasan ini berkumpul melakukan sembahyang setiap kliwon, purama, tilem dan rari suci lainnya. “Sekali lagi, terbentuknya Yayasaan Kandapat ini sebagai salah satu cara memotifasi semangat ahar tetap mempertebal keyakinan sebagi umat Hindu Bali,” ungkap pelaku pariwisata itu. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *