Pariwisata Bangkit, Bali Mesti Ciptakan Rasa Empati

Pariwisata Bangkit, Bali Mesti Ciptakan Rasa Empati

Pariwisata Bali jangan rapuh. Selama dua tahun sudah mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri, semestinya pariwisata Bali sudah lebih maju, terutama dalam hal infrastruktur, lalu lintas, keamanan maupun dalam hal pelayanannya. Nyatanya berbeda. Lihat saja, pada moment liburan Lebaran beberapa hari lalu, sebagain ruas jalan menuju objek wisata terlihat macet. “Bukan macetnya yang menjadi masalah, tetapi rasa empaty itu yang perlu ada, sehingga wisatawan yang kembali berlibur ke Bali tetap merasa nyaman,” kata pelaku pariwisata Gede Nik Sukarta, Sabtu (7/5).

Kemacetan lebih banyak terjadi di kawasan Bali Selatan, seperti Simpang Siur, under pass Simpangsiur Ngura Rai, simpang menuju Unud. Hal yang sama terjadi dearah Sunset road ke Batubelig, dari Sunset road ke Oberoi, Kayu Aya yang di pinggir jalan kiri kanan penuh mobil parkir sembarangan, serta jalan keluar masuk tol dari Benoa. Mobil-mobil pariwisata dan pribadi merayap, hingga berjam-jam lamanya. Hal itu, tentu membuat waktu para wisatawan lebih panjang untuk mengunjungi objek-objek wisata atau hotel dan villa tempat mereka menginap. Kemacetan terjadi terlalu lama, sehingga dapat mengganggu kenyamanan para wisatawan untuk menikmati keunikan Bali yang sudah hampir dua tahun ditunggu-tunggu.

Para pengatur lalu lintas, seperti polisi, dinas perhubungan atau apapun namanya mestinya hadir memberikan rasa empaty kepada setiap pengguna jalan. Dengan hadirnya para petugas lalu lintas itu, tentu dapat memberi rasa aman kepada pengguna jalan yang saat itu kebanyakan dilakukan oleh para wisatawan yang sedang berlibur di Pulau Dewata. “Pariwisata Bali yang terkenal berbudaya, ramah, semestinya selalu sigap menjaga keamanan. Tapi kemarin, justru di jalan-jalan yang macet itu tidak ada penjaga yang mengatur lalu lintas,” tegasnya.

Bagaimanapun juga, rasa empaty itu mesti diciptakan. Sebab, adanya petugas yang mengatur lalu liontas di jalan-jalan akan memberikan suasana yang lain, terasa lebih aman dan nyaman. pemerintah melalui kebijakannya mesti memerintahkan petugas untuk menjaga lalu lintas. “Kita harus belajar dengan Thailand dalam menciptakan rasa nyaman. Mulai dari airport sampai ke destinasi banyak sekali petugas yang berjaga. Di samping kondisinya jadi teratur, pemakai jalan juga merasa lebih aman karena banyak petugas yang berjaga,” ungkap General Villa ini serius.

Dua tahun menanti kunjungan wisatawan, tetapi setelah datang justru tidak menjaga dengan baik. Hal ini bisa saja menjadi bumerang, sehingga untuk libur berikutnya wisatawan mungkin saja tak memilih Bali untuk tujuan wisata. Kedatangan wisatawan domestik maupun mancanegara mesti dirawat dan dijaga secara bersama-sama, sehingga dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi masyarakat Bali secara lebih cepat. “Untuk menjaga Bali sebagai destinasi, mesti semua orang yang peduli,” pungkasnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us