Walau di masa pandemic, perayaan Hari Saraswati pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung, Sabtu, 26 Maret 2022 ini tergolong istimewa. Pasalnya, di tengah kemajuan teknologi, masyarakat sangat mudah mendapatkan ilmu pengetahuan. Melalui Information Technology (IT), masyarakat sudah bisa mendapatkan pengetahuan secara mudah dan cepat. Namun, ditengah kamjuan IT itu, mesti pintar-pintar memilah mana pengetahuan yang baik pemanfaatannya tepat guna. Meski harus menerapkan prorokol kesehatan, masyarakatr Hindu tetap melaksanakan perayaan Saraswati dengan melakukan persembahyangan.
Warga Hindu tetap menggelar Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati pada Saniscara. Saraswati ini merupakan hari istimewa bagi orang Bali untuk menyadarkan umat manusia agar memuliakan ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kepandaian untuk membangun kesejahteraan hidup semua mahluk serta menjaga keseimbangan alam. Saraswati berasal dari kata saras yang berarti “sesuatu yang mengalir atau ucapan” dan wati berarti “yang memiliki atau mempunyai”, sehingga Saraswati berarti sesuatu yang mempunyai sifat mengalir, sumber pengatahuan dan kebijaksanaan.
Piodala Saraswati ini datangnya setiap enam, bulan sekali atau 210 hari. Rangkaian upacara hari Saraswati dimulai sejak Minggu (20 Maret 2022) yang disebut Watugunung Runtuh, bertepatan dengan Kajeng Kliwon Pamelastali, di mana umat Hindu mulai meningkatkan kewaspadaan dan menyucikan pikiran. Selanjut pada Selasa (22 Maret 2022) disebut hari paid-paidan, umat Hindu menjaga pikiran dan nafsu indria agar tidak semakin liar (mapaid), tidak membiarkan ilmu dimanfaatkan untuk hal-hal negatif.
Keesokan harinya, Rabu (23 Juli) disbut hari urip, di mana umat Hindu melaksanakan yoga samadhi, meningkatkan kesadaran diri sendiri, orang seperti hidup (urip) kembali untuk bisa membangun hidup baru dengan ilmu pengatahuan. Pada Kamis (24 Maret 2022) disebut panegtegan, umat Hindu menimang-nimang dengan baik (wiweka) segala sesuatu yang akan diperbuat dengan ilmu pengetahuan agar tidak terjadi hal-hal yang melanggar dharma. Pada Jumat (25 Maret 2022) disebut hari pangeredanan, dimana umat Hindu sibuk menyiapkan segala keperluan upacara Saraswati. Konsentrasi penuh untuk memuja Sang Hyang Aji Saraswati.
Pada hari Saraswati, Sabtu 26 Maret 2022 semua buku, lontar, atau pustaka suci lainnya diberi persembahan banten saraswati, kemudian dilanjutkan dengan persembahyangan memuja Dewi Saraswati, manifestasi Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara ilmu pengetahuan. Pemujaan dan semua yang berhubungan dengan brata saraswati (hal-hal penting) dilaksanakan pada pagi hari atau saat matahari masih di ufuk timur atau jangan sampai lewat tengah hari. Kalau lewat tengah hari, maka yang dipuja hanya huruf semata-mata bukan kekuatan Sang Hyang Aji Saraswati.
Sebelum pemujaan Saraswati dilaksanakan dan sebelum lewat tengah hari tidak boleh membaca atau menulis mantra dan kesusastraan. Bagi orang yang melaksanakan brata saraswati secara penuh dengan melakukan meditasi, yoga, samadhi, tidak diperkenankan membaca dan menulis selama 24 jam. Dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan agar senantiasa dilandasai dengan hati yang jernih, penuh rasa bhakti kehadapan Sang Hyang Saraswati termasuk merawat perpustakaan yang dimiliki.
Banten atau sesaji yang dipergunakan sebagai persembahan pada Hari Saraswati dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu banten yang utama (besar), madya (sedang) dan nista (kecil). Banten Saraswati yang utama terdiri dari 3 buah tumpeng serta raka-raka galahan ( buah-buahan ), sodaan (nasi dengan lauk-pauknya) tiga warna ditempatkan pada satu dulang. Canang Saraswati, canang piasan , pisang payasan, pisang kembang, pisang jati, banten suci selengkapnya berisi daging itik yang dimasak betutu , canang gantal, burat wangi, geti-geti gringsing, salaran, pablonyoh selengkapnya (boreh miyik) pabersihan, tatebusan, prayascita, daksina panyeneng dan segehan agung.
Sedangkan banten Saraswati yang madya terdiri dari suci, peras, daksina pelinggih, kembang payas, kembang cane, kembang biasa, banten sesayut Saraswati, perangkat putih kuning selengkapnya. Upakara atau banten yang nista adalah : banten Saraswati (semacam banten Suci yang berisi jajan Saraswati), sodaan putih kuning dan canang selengkapnya.
Setelah persembahyangan usai, saat matahari condong ke barat sampai semalam suntuk digelar acara membaca sastra-sastra suci, dharma tula (diskusi), atau dharma wacana (ceramah keagamaan) yang dilaksanakan sekaa pesantian atau krama banjar. Cara pembacaan sastra dengan mabebasan, makidung, atau mapapawosan sangat menarik, karena orang yang membaca kitab sastra itu tidak hanya mampu menghayati makna yang terkandung dalam sastra tersebut, melainkan juga mesti bisa mengalunkan suara merdu sesuai pakem-pakem tembang Bali.
Sehari setelah Hari Saraswati disebut dengan Hari Banyu Pinaruh yaitu pada Redite Paing wuku Sinta, Minggu 27 Maret 2022. Pada hari itu umat Hindu berramai-ramai mandi ke pantai serta mandi dengan air kumkuman (air yang berisi kembang wangi ) dan diakhiri dengan nunas nasi kuning, maksudnya agar ilmu pengetahuan yang dimiliki berstana pada jiwa raga yang suci, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam kitab Bhagavadgita, sebuah nasehat dari Bhagawan Byasa yang menyebutkan, dengan perahu ilmu pengetahuan seluas-luasnya lautan dosa dapat disebrangi. (BTN/Ketut Sumadi)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *