“Pertiwimba” Ekplorasi Kenyem di Masa Pandemi

“Pertiwimba” Ekplorasi Kenyem di Masa Pandemi

Kreatif dan sangat menarik. Cara Perupa Nyoman Sujana Kenyem berkarya di masa pandemi menjadi perhatian publik, utamanya seniman, penghobi seni dan para pecinta seni khususnya bidang seni kriya. Perupa asal Ubud ini menggarap karya pada 24 kanvas terbentang dalam waktu 24 jam, dalam project “Living Gallery 24 Hours Komaneka Fine Art Gallery” pada 9 September 2021. Semua karya dibuat di dalam gallery, bukan mendatangi objek seperti dilakukannya sebelum pandemi. Sebagai upaya mencepah penularan Covid-19, semua karya diselesaikan di gallery yang juga menerepkan Protokol Kesehatan (Prokes) secara ketat.

Pada 9 September itu, seniman yang akrab disapa Kenyem mulai melukis di Komaneka Fine Art Gallery Ubud, pukul 10.00 Wita hingga pukul 24.00 Wita. Kemudian dilanjutkan keesokan harinya mulai pukul 05.00 Wita hingga pukul 15.00 Wita. Semua hasil karya itu kemuydian dipajang dan disajikan kepada para pecinta seni hingga 30 September 2021. “Berkarya di masa pandemi sama sebelum pandemi sebernarnya tidak ada perbedaannya, hanya saja di saat pandemi saya mengurangai ke luar ruangan. Untuk eksplor lebih banyak distudio,” papar Kenyem disela-sela menjaga karya pamerannya itu, Minggu (19/9).

Dalam proses karya itu, perupa yang jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini membiarkan ladang-ladang merumuskan musimnya sendiri. Menata ulang skena dan komposisi. Kanvas-kanvas itu sebagai ladangnya, sehingga digarap, diolah, dicangkul, ditanam, dipupuk, dikasihi dengan sepenuh hati. Kenyem sangat menikmati proses dalam berkarya itu. Entah itu menjadi ‘bunga atau buah’ atau lainnya yang pada akhirnya menitip pada detak nadi semesta. Ia selalu dan sangat percaya kepada semesta sejak sejak dulu. “Idenya, seperti ladang kering yang sedang kena wabah,” ungkapnya.

Dalam pameran kali ini, Kenyem menginterprestasikan kanvas-kanvas itu sebagai ladang yang harus diolah menjadi sebuah karya disaat masa pandemi ini. Ia hanya bercerita dari apa yang ia dengar pagi itu, kemampuan perupa dalam menyerap, menimbang dengan rasa. Sekali lagi pertiwimba, pesan, pertanda dari pertiwi bunda semesta, seperti lapis-lapis warna dalam karya Kenyem yang ia anggap sederhana, dan semua itulah yang akan hadir dalam pameran kali ini. “Saya berkarya seperti orang mencocok tanam, mecangkul, menanam, memberi pupuk, sampai menghasilkan, seperti itulah proses saya menggarap karya dengan waktu 24 jam. Barangkali saja di kanvas-kanvas itu terselip doa, semoga semesta lekas pulih atau kita yang lebih harus lekas berbenah?” pungkas Kenyem. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us