Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana meminta pihak yang akan mengelola petunon (tempat kremasi) yang dibangun oleh prajuru (pengurus) Desa Adat Pakraman Buleleng, Kecamatan Buleleng, Bali untuk meringankan beban masyarakat. Khususnya umat Hindu di Buleleng. “Saya berharap agar tempat ini memang disiapkan untuk masyarakat,” kata Bupati Agus Suradnyana
saat menerima audiensi Kelian (Ketua) Desa Adat Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna di Rumah Jabatan Bupati, Minggu (27/12).
Disamping itu, lanjut Bupati Agus Suradnyana serta mampu memberikan manfaat besar bagi umat Hindu di Buleleng. Penekanan juga diberikan agar para pihak yang akan mengelola tempat itu bisa meringankan beban umat. Baik dari segi harga dan fasilitas, sehingga masyarakat merasakan sangat dibantu. “Karena sekarang ini memang sudah zamannya. Zaman itu kan berubah terus sesuai dengan keperluan dan kepentingan masyarakat. Sepanjang itu membantu umat, sepanjang itu manfaatnya banyak bagi umat, saya sangat setuju,” tegasnya.
Dengan lebih banyak yang dipermudah dan banyak yang dibantu akan dapat meringankan beban warga. Sekarang ini, upakara (Upacara) sangat mahal. Kalau pihak petunon bisa mempermudah dengan biaya yang jauh lebih murah namun upakaranya tetap sama, maka itu yang sangat baik.
Pihak yang akan mengelola petunon ini juga diminta untuk jangan pernah mengurangi arti dan makna dari upakara. Serta terus lakukan sosialisasi agar tidak menimbulkan perbedaan persepsi masyarakat. Selama makna dan artinya tetap sama, adanya petunon ini pasti akan sangat membantu dan sangat meringankan beban masyarakat. Di samping itu, hal ini merupakan sebuah pilihan dan dengan tujuan yang sama. “Namun pemandangan kita saja yang berbeda. Jadi harus perbanyak sosialisasi. Kalau bisa lebih ringan lagi (dari sisi harga). Itu lebih baik,” ucap Agus Suradnyana.
Nyoman Sutrisna mengatakan, petunon ini adalah tempat kremasi bukan untuk masyarakat Buleleng saja, sehingga dalam pembangunan serta dalam hal untuk memuput upakara sangat diperhitungkan dengan rinci. “Bangunan ini bukan hanya untuk masyarakat Buleleng saja melainkan untuk semua masyarakat yang ingin melaksanakan upacara yadnya disini. Hanya saja kalau di luar masyarakat Buleleng biayanya lebih mahal,” kata dia.
Desa Adat Pakraman Buleleng bersama dengan panitia petunon dan juga Satgas Covid -19 selalu mewaspadai penyebaran pandemi ini. Termasuk mewaspadai adanya klaster yadnya. Utamanya proses yang dilakukan di petunon ini. “Sebelum resmi dibuka prosesi pemelaspas petunon akan dilaksanakan dengan cara sederhana. Hal ini agar tidak terjadi klaster yadnya,” imbuh Sutrisna.
Pemelaspasan Bangunan Petunon desa adat Buleleng akan dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2020. Sutrisna mengungkapkan, petunon ini akan mulai beroperasi di Tahun 2021. “Kami akan melaksanakan prosesi Yadnya dengan sederhana saja. Tetapi itu tidak akan mengurangi makna dari Yadnya yang sudah dilakukan selama ini,” pungkasnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *