Pro Kontra Pariwisata Bali Dijual Murah

Pro Kontra Pariwisata Bali Dijual Murah

Mulai ramainya kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Bali pasca pandemic Covid-19, sungguh melegakan ekonomi masyarakat di Pulau Dewata. Namun sayang, sebagian wisman yang datang justru membuat ulah, sehingga sempat mengemparkan kepariwisataan di pulau seni ini. Aparat keamanan yang terkait dibuat sibuk dengan perbuatan bule yang bikin onar. Hal itu pun, kemudian memunculkan dugaan-dugaan miring, seperti pariwisata Bali yang dijual murah pasca pandemi Covid-19. Benarkah?

Prof. Dr. Drs. I Putu Anom B.Sc M.Par mengatakan, produk wisata di Bali sangat beragam, mulai dari akomodasi berbintang yang elite dengan room rate yang puluhan juta permalam. Ada pula penginapan yagg tarifnya Rp 200 rbu/malam. Demikian pula dengan kuliner dan produk wisata lain yang banyak jenisnya. “Mahal-murahnya harga produk itukan tergantung kualitasnya. Jadi, intinya tidak bisa produk wisata Bali dibilang dijual murah,” ucap selaku Guru Besar Pariwisata Unud ini.

Kalau wisatawan level menengah keatas, tentu membeli kualitas produk yang lebih baik dan tentu pula lebih mahal. Berbeda lagi kalau wisatawan menengah ke bawah, apalagi mau lama tinggal di Bali tentu akan memilih harga produk wisata mulai dari penginapan, kuliner, transportasi, dan jasa lainnya memilih yang lebih murah. “Justru produk wisata yang lebih murah tersebut disediakan oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai pengusaha local. Ini kan baik juga, sebagai pengusaha level bawah dapat rezeki juga disaat pariwisata baru bangkit dari masa pandemi ke endemi ini,” ungkap pria yang juga Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Wilayah Bali ini.

Ketika membangun bisnis, terlebih usai mengalami masalah pandemi Covid-19 yang membuat pariwisata drop, tentu membutuhkan waktu untuk perlahan naik. Pelaku bisnis, tidak mungkin menaikan harga secepat itu karena dalam rangka pemulihan. “Jadi bukan murah dalam rangka kita meraih pangsa pasar yang baru. Apalagi diperkirakan akan ada resesi. Saya pikir, yang penting dari segi bisnis ada yang belanja dulu. Namun, kalau ada yang melanggar, mesti harus ditindak dulu,” ujar Prof, Anom ini serius.

Mantan Dekan Fakultas Pariwisata Unud (2002-2013) ini menegaskan, mahal-murahnya harga produk wisata Bali itu juga tergantung dari kurs mata uang negara asal wisman tersebut. Harga produk apapun, termasuk produk wisata tentu akan tergantung pada supply and demand atau penawaran dan permintaan. Kalau produk wisata yang dijual cenderung seragam dan sejenis, tentu akan terjadi persaingan harga bahkan terjadi perang tarif terutama pada kondisi low season. “Jadi tidak bisa serta merta dikatakan produk wisata Bali dikatakan dijual murah,” imbuhnya.

Menjual pariwisata Bali disebut murah, itu karena nilai mata uang rupiah memang jauh lebih rendah dari pada dollar. Namun, yang terpenting Pulau Bali sebagai pulau suci, kaya aneka tradisi, religi berdaya magis tidak djual obral demi industri pariwisata. “Khususnya lagi orang Bali tidak sampai bermental murahan, menghalalkan segala cara demi gemerincing dollar,” pungkas anggota Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung (2014-2018) asal Desa Kapal, Mengwi ini. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us